Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan ekspor CPO September 2007 mencapai 479,2 juta dolar AS atau turun sekitar 30 persen dari bulan sebelumnya 684,2 juta dolar AS sehingga mendorong penurunan kinerja ekspor 0,91 persen menjadi 9,52 miliar dolar AS dari 9,6 miliar dolar AS pada Agustus. Kepala BPS, Rusman Heriawan, di Jakarta, Kamis, mengatakan penurunan nilai ekspor CPO (minyak kelap sawit mentah) itu karena adanya penurunan volume ekspor dari 960 ribu ton pada Agustus menjadi 618 ribu ton menyusul kebijakan pemerintah untuk menaikkan pungutan ekspor (PE) untuk CPO dan produk turunannya. "Di samping ada instrumen-instrumen lain yang menurunkannya (nilai ekspor CPO), misalnya pembebasan PPN (pajak pertambahan nilai) untuk minyak goreng dalam negeri dan program minyak goreng untuk rakyat miskin," kata Rusman. Rusman menambahkan, ekspor nonmigas pada September mencapai 7,54 miliar dolar AS, turun 2,68 persen dari bulan sebelumnya, sedangkan dibanding ekspor September 2006 meningkat 4,16 persen. Menurut BPS, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-September 2007 mencapai 83,02 miliar dolar AS atau meningkat 12,88 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sementara ekspor nonmigas mencapai 67,65 miliar dolar AS atau meningkat 17,47 persen. Menurut dia, kondisi saat ini sebenarnya siklus saja, seperti tahun sebelumnya. Namun Oktober ini memang perlu diwaspadai apakah juga akan ada pengaruh penurunan permintaan dunia terhadap ekspor Indonesia karena kenaikan harga minyak dunia. "Harga minyak dunia yang tinggi akan disikapi perusahaan-perusahaan di dunia, dengan melihat apakah input BBM akan mempengaruhi produksi atau tidak. Kalau ya, maka permintaan barang-barang ekspor ini juga turun berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan ini akan bertambah serius kalau terjadi lama," katanya. Sedangkan menurut sektor, ekspor hasil pertanian, hasil industri serta hasil tambang dan lainnya pada periode Januari- September meningkat masing-masing sebesar 11,25 persen, 15,97 persen dan 29,30 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Terkait kinerja impor, BPS mengumumkan impor Indonesia pada September mencapai 6,76 miliar dolar AS atau turun 1,37 persen dibanding Agustus sebesar 6,85 miliar dolar AS, sedangkan selama Januari-September nilai impor mencapai 53,67 miliar dolar AS atau naik 17,43 persen dibanding Januari-September 2006 sebesar 45,71 miliar dolar AS. "Impor nonmigas September mencapai 4,52 miliar dolar AS atau turun 10,96 persen dibanding impor Agustus 2007, sedangkan selama Januari-September mencapai 38,51 miliar dolar AS atau naik sebesar 23,34 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," ujarnya. Pada September impor migas mencapai 2,24 miliar dolar AS atau naik 26,04 persen dibanding impor Agustus, sedangkan selama Januari-September mencapai 15,17 miliar dolar AS atau meningkat 4,70 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selama Januari-September 2007, katanya, impor nonmigas terbesar terjadi pada mesin/pesawat mekanik dengan nilai 6,73 miliar dolar AS atau 17,47 persen dari total impor nonmigas. Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar ditempati oleh China dengan nilai 5,84 miliar dolar AS dengan pangsa 15,17 persen, diikuti Jepang 4,67 miliar dolar AS (12,12 persen) dan Amerika Serikat 3,41 miliar dolar AS (8,85 persen). Sementara impor nonmigas dari ASEAN mencapai 21,72 persen dan Uni Eropa sebesar 14,39 persen. "Menurut golongan penggunaan barang, impor barang konsumsi dan bahan baku atau penolong selama Januari-September 2007 meningkat masing-masing sebesar 39,39 persen dan 15,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2006. Sedangkan impor barang modal meningkat sebesar 15,56 persen," kata Rusman.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007