Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Australia menyediakan dana 328 juta dollar Australia atau sekitar Rp2,5 triliun untuk membantu memperbaiki jalan-jalan nasional di Kawasan Timur Indonesia (KTI). "Proyek `Eastern Indonesia National Road Improvement Project' (EINRIP) itu akan dimulai pada awal tahun 2008," kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer AO, di Kupang, Kamis, setelah meresmikan gedung SD dan SMP satu atap di Nunkurus, Kecamatan Oelamasi, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mengatakan, proyek perbaikan jalan nasional itu bertujuan meningkatkan akses jalan dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir dan diprioritaskan untuk daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kalimantan Barat dan Selatan, Bali, NTT, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). "Khusus di NTT kemungkinan besar diprioritaskan untuk daerah kabupaten di Pulau Flores yang memiliki kawasan pesisir yang cukup luas, baik di bagian utara maupun selatan," ujarnya. Famer juga menyampaikan bahwa Pemerintah Australia telah mengucurkan dana sebesar 458 juta dollar Australia atau sekitar Rp3,4 triliun untuk membantu Pemerintah Indonesia di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, tata pemerintahan, kehutanan, perubahan iklim, serta kegiatan antikorupsi. Dana sebanyak 250 juta dollar Australia atau sekitar Rp1,9 triliun di antaranya diperuntukan bagi wilayah timur Indonesia, untuk menanggulangi masalah kemiskinan, peningkatan pertumbuhan, dan merangsang penciptaan lapangan kerja. "Pemerintah Australia berkomitmen tinggi untuk bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujarnya. Dalam rincian, Farmer menjelaskan Pemerintah Australia telah memberikan dana sebesar 30 juta dollar Australia atau sekitar Rp225 miliar untuk membantu memperbaiki tata pemerintahan daerah dan layanan publik serta meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di daerah terpencil, termasuk masyarakat nelayan melalui program Australia Nusa Tenggara Assistance for Regional Autonomy (ANTARA) sejak tahun 2005 hingga 2010. Salah satu kegiatan ANTARA yang berkantor di Kupang yakni program Potensi Laut dalam dua tahun anggaran bernilai 800.000 dollar Australia atau sekitar Rp6 miliar. Proyek ini meningkatkan dan memberikan alternatif mata pencaharian bagi keluarga nelayan di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao, yang mencakup kegiatan penanaman rumput laut dan bunga karang. Bantuan Australia yang sudah dikucurkan di bidang pendidikan dasar mencapai 355 juta dollar Australia atau sekitar Rp2,5 triliun, untuk pembangunan 2.000 unit SD dan SMP satu atap hingga pertengahan tahun 2009 mendatang, terutama di wilayah timur Indonesia. Australia juga memberikan kontribusi sebesar 38 juta dollar Australia atau sekitar Rp285 miliar untuk memperbaiki sektor pertanian dan perikanan di wilayah Timur Indonesia, yang dikemas dalam proyek Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI) tahun anggaran 2006 hingga 2009. "Lokasi proyek SADI di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT dan NTB yang juga mencakup pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan memberikan akses pasar yang lebih baik," ujar Farmer. Ia menambahkan, proyek lainnya yang sedang berjalan berupa Program for Eastern Indonesia SME Assistance (Pensa) senilai empat juta dollar Australia atau sekitar Rp30 miliar, yang dikelola oleh International Finance Cooperation (IFC). Pensa bertujuan mengembangkan UKM agar tercipta lapangan kerja tetap yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Australia juga menerapkan program pengembangan masyarakat yang diberi nama ACCESS yang berlokasi di NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Tahap pertama bernilai 22 juta dolar Australia atau sekitar Rp165 miliar yang akan rampung April 2008 mendatang kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua dengan nilai 26,5 juta dollar Australia atau sekitar Rp200 miliar. Bantuan lainnya senilai 300.000 dollar Australia atau sekitar Rp2,25 miliar untuk kampanye publik bersama mitra terkait di Indonesia, yang diselenggerakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat nelayan Indonesia akan dampak dan akibat penangkapan ikan secara ilegal. "Australia juga mendanai studi bersama Australia-Indonesia untuk melihat penyebab dan dampak penangkapan ikan secara ilegal di Indonesia, termasuk pencarian solusinya," ujar Farmer.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007