Jakarta (ANTARA News) - Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Indra Setiawan, mengaku menerima surat penugasan dari Badan Intelejen Negara (BIN) langsung dari Pollycarpus Budihari Priyanto. Saat bersaksi dalam sidang pembunuhan aktivis HAM, Munir, untuk terdakwa Rohainil Aini, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa, Indra mengaku bertemu dengan Pollycarpus sekitar Juni atau Juli 2004 di Hotel Sahid. Pollycarpus menyerahkan langsung surat dari BIN yang ditandatangani oleh Wakil Kepala BIN, As`ad. Indra menjelaskan isi surat yang kemudian hilang dari tasnya pada akhir Desember 2004 itu hanya menyebutkan bahwa Garuda sebagai obyek negara yang bersifat vital dan strategis harus ditingkatkan keamanannya dan karena itu Indra sebagai Direktur Utama diminta untuk menempatkan Pollycarpus di bidang keamanan perusahaan (corporate security). Karena sudah mengenal Pollycarpus sejak 2003 dan tahu bahwa secara informal Pollycarpus pernah mengerjakan tugas di bidang keamanan perusahaan, maka Indra menempatkan Pollycarpus di bidang keamanan sesuai dengan permintaan dari BIN. Namun, Indra mengakui, dasar utama penugasan Pollycarpus sebagai tenaga perbantuan di corporate security karena ada surat permintaan dari BIN. "Ini institusi negara yang meminta. Ada yang perhatian dengan Garuda," ujarnya. Setelah menerima surat BIN dari Pollycarpus, Indra mengatakan pada 11 Agustus 2004 ia kemudian membuat surat yang ditujukan kepada Pollycarpus dan ditembuskan kepada Vice President Corporate Security, Ramelgia Anwar, untuk menugaskan Pollycarpus sebagai tenaga perbantuan di corporate security. Pada 13 Agustus 2004, Indra mengatakan ia kemudian diberitahu bahwa Pollycarpus sudah mendapat arahan dari Ramelgia soal tugas barunya itu. Indra mengakui surat permintaan penugasan Pollycarpus dari BIN itu juga ditembuskan ke Menteri Negara BUMN. Karena surat itu bersifat rahasia, Indra tidak memperlakukan surat dari BIN itu seperti layaknya surat kedinasan. Surat dari BIN itu tidak tercatat dalam dokumentasi dan sering dibawa oleh Indra dalam tasnya. Sepulangnya dari Aceh pada akhir Desember 2004 saat sedang shalat Jumat di Hotel Sahid, Indra kehilangan tasnya bersama dengan surat dari BIN tersebut. Indra mengaku tidak satu pun yang memiliki salinan surat itu dan tidak ada orang lain di Garuda yang mengetahui adanya surat dari BIN itu. Keterangan Indra dibantah oleh Pollycarpus saat mantan pilot Garuda Indonesia itu bersaksi untuk terdakwa Indra Setiawan. Pollycarpus mengatakan ia diberi tugas begitu saja oleh Ramelgia Anwar berdasarkan surat tugas dari Indra Setiawan. Ia menyangkal pernah bertemu dengan Indra Setiawan di Rumah Makan Bengawan Solo, Hotel Sahid, untuk menyerahkan surat penugasan dari BIN. "Tidak pernah, tidak pernah," ujarnya singkat. Sebelum diberi tugas sebagai staf perbantuan di corporate security, Pollycarpus mengaku hanya pernah bertemu satu kali dengan Indra pada acara pertemuan direktur dan karyawan di Cengkareng. (*)

Copyright © ANTARA 2007