Larva lalat sebagai alternatif pakan ternak ini banyak kelebihannya karena memiliki kadar protein yang lebih tinggi sekitar 40 persen. Selain untuk ikan ternak juga bisa digunakan untuk ikan hias. Saat ini baru penjajakan dengan Belanda, tetapi tidak
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) pada Senin siang melepas sejumlah komoditas pertanian dengan total nilai Rp11,1 miliar yang telah memenuhi persyaratan kesehatan (sanitary and phytosanitary), salah satunya larva lalat.

Kepala Barantan Ali Jamil menyebutkan komoditas yang diekspor kakao biji sebanyak 160 ton, kopra 96 ton, pinang biji sebanyak 81 ton, manggis 75 ton, olahan susu 17,3 ton, 3.108 batang dracaena dan yang paling menarik larva kering dari lalat tentara hitam (dried black soldier fly larvae)  sebanyak 11,4 ton.

"Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, hari ini kami melepas komoditas pertanian yang nilainya mencapai Rp11 miliar. Ada satu komoditas yang cukup membanggakan, yakni ekspor belatung atau larva yang dikirim ke Belanda," kata Ali pada pelepasan ekspor di Gudang CDC Banda, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin.

Ali Jamil menjelaskan komoditas pertanian tersebut akan diekspor ke berbagai negara tujuan, yakni Tiongkok, Korea Selatan, Belanda, India, Thailand, Rusia dan Papua Nugini. Khusus untuk larva lalat, komoditas itu akan dikirim ke Belanda.

Jamil menyampaikan bahwa Barantan saat ini fokus menjalankan program peningkatan ekspor komoditas pertanian bernama "Agro Gemilang". Program ini bertujuan mempersiapkan para petani muda untuk memasuki pasar ekspor.

Biocycle, perusahaan yang mengekspor larva lalat, sudah kedua kalinya melakukan ekspor ke negeri Kincir Angin. Sekretaris Perusahaan Biocycle Elza Mayang, menilai pasar ekspor untuk larva lalat masih bisa diperluas ke negara lainnya selain Belanda.

"Larva lalat sebagai alternatif pakan ternak ini banyak kelebihannya karena memiliki kadar protein yang lebih tinggi sekitar 40 persen. Selain untuk ikan ternak juga bisa digunakan untuk ikan hias. Saat ini baru penjajakan dengan Belanda, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa ke negara lainnya," kata Elza.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Purwo Widiarto menyampaikan sepanjang tahun 2018, frekuensi ekspor komoditas tumbuhan ke luar negeri yang melalui Tanjung Priok sebanyak 12.700 kali. Frekuensi tersebut meningkat 8 persen dibandingkan 2017 yaitu 11.594 kali.

Selama 2018 telah dilakukan ekspor terhadap komoditas tumbuhan berupa kakao, pinang biji, buah manggis, kopra, dan dracena yang mencapai nilai Rp3 triliun. Komoditas dengan kuantitas tertinggi adalah kakao sebanyak 48.141 ton senilai Rp1,1 triliun.

Negara tujuan ekspornya antara lain Amerika Serikat, Meksiko, Ukraina, Jepang, Belanda, Vietnam, Thailand, Malaysia, Kroasia, Tiongkok, Australia, Ekuador, Bangladesh, Filipina, Pakistan, India, Mesir, dan Estonia.

Sementara itu nilai ekspor periode Januari-April 2019 tercatat telah mencapai Rp980,5 miiar dengan komoditas unggulan yang sama yaitu kakao sebanyak 13.423 ton atau senilai Rp308,7 miliar.

Selain komoditas tumbuhan, selama 2018 juga dilakukan ekspor terhadap komoditas unggulan hewan, tercatat sebanyak 891 kali dan tahun 2017 sebanyak 412 kali yang berarti mengalami kenaikan sebanyak 53 persen.

Selama kurun waktu 2018, ekspor komoditas hewan melalui Karantina Pertanian Tanjung Priok mencapai Rp704,4 miliar dengan komoditas unggulan tertinggi adalah cattle bone grist atau raw material tulang berukuran 1-5 mm. Sebanyak 2 ton kulit sapi juga menjadi komoditas unggulan ekspor senilai Rp1,1 miliar.


Baca juga: Mentan lepas ekspor kentang ke Singapura
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019