Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sebanyak 16 persen atau tiga juta dari 26 juta penduduk Malaysia mengalami sakit mental dan jumlah ini merupakan sesuatu yang memprihatinkan, kata Menteri Kesehatan Dr Chua Soi Lek. Berdasarkan penemuan data terbaru Kajian Kesehatan pada 2006 didapati meningkatnya kasus gangguan mental di kalangan rakyat Malaysia sebanyak hampir enam persen dibandingkan dengan kajian serupa pada 10 tahun lalu. Dr Chua mengatakan dari tiga juta orang itu, sebanyak 20.3 persen adalah di kalangan kanak-kanak dan remaja berusia di bawah 16 tahun. "Penyebab tekanan jiwa di kalangan remaja adalah karena gagal mendapat nilai yang baik dalam ujian, tekanan keluarga dan sekolah, serta tiada dukungan masyarakat,?" katanya kepada Bernama. Ada di antara murid sekolah yang tertekan jiwanya karena tidak mendapat semua nilai A dalam ujian dan kemudiannya mereka dihina dan dikatakan bodoh serta tidak berguna untuk hidup. Akibatnya, mereka mengambil jalan "mudah" untuk menyelesaikan masalah yaitu dengan membunuh diri. Chua mengatakan dari jumlah tiga juta itu, sebanyak 11.2 persen menimpa kalangan orang dewasa dan 19.5 persen di kalangan warga berusia melebihi 70 tahun. "Masalah kesehatan mental tidak boleh dipandang ringan, beban penyakit itu memberi citra kepada masyarakat dan negara, dan biaya berobat untuk orang sakit mental adalah semakin tinggi, manakala pesakit sering tidak mendapatkan pengobatan awal," katanya. Kasus bunuh diri juga didapati semakin meningkat dengan data sebanyak 20 hingga 30 orang dari setiap 100.000 rakyat Malaysia setiap tahun. Departemen Kesehatan Malaysia juga mengalami kekurangan pakar psikolog karena stigma masyarakat untuk menjadi pakar ilmu jiwa. "Ada orang memberi gelar psikolog dengan 'dokter gila' dan ini menyebabkan kursus psikologi tidak begitu popular sampai sekarang," kata menteri. (*)

Copyright © ANTARA 2007