Denpasar (ANTARA News) - Budayawan dan pemerhati lingkungan hidup asal Prancis, Prof DR Jean Couteau menegaskan, Indonesia harus mampu mengikuti tatanan dunia baru dengan menggali dan memantapkan memori dalam bidang seni dan budaya. "Indonesia dalam persaingan global menempuh caranya sendiri yang mengedepankan seni budaya yang beraneka ragam," kata Jean Couteau di Denpasar, Sabtu. Pria penulis sedikit-dikitnya 15 judul buku dalam bahasa Inggris, Prancis dan bahasa Indonesia khususnya menyangkut seni budaya di Indonesia, termasuk Bali, itu menilai bahwa Indonesia hendaknya dapat lebih memantapkan seni budaya yang menjadi kearifan lokal di setiap daerah. Potensi tersebut, katanya, dapat dikembangkan untuk dijadikan kekuatan dalam menghadapi persaingan pada eraglobalisasi yang semakin ketat. "Indonesia tidak mesti takut menghadapi globalisasi, namun mampu merangkulnya sehingga dapat berperan dalam tatanan dunia barat," ujar Jean Couteau yang tampil sebagai salah seorang pembicara dalam seminar internasional terkait Festival Kesenian Indonesia (FKI) V di Denpasar, Bali. Ia menambahkan, dari 20 tahun yang lalu semua sistem pembentukan memori kultural berada di Amerika Serikat (AS) melalui kuasa jaringan televisi. Dengan demikian, menurut dia, konsep tatanan dunia didominasi AS, namun sekarang situasi berubah, terus berubah dan tetap akan berubah. Hal itu, dinilainya, akibat pusat kekuatan ekonomi yang baru juga memanfaatkan teknologi baru antara lain internet selain saluran televisi. Dengan demikian, bangsa-bangsa lain di dunia, selain Amerika Serikat untuk pertama kalinya sejak ratusan tahun, punya kesempatan sebagai pelaku dari dialog budaya, sehingga mengarah pada suatu dunia baru. Untuk itu bagaimana supaya Indonesia bisa ikut sebagai pelaku dalam sistem tersebut, salah satu diantaranya memantapkan landasan seni budaya yang beraneka ragam menjadi salah satu kekuatan menghadapi persaingan, demikian Jean Couteau. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007