Jakarta (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meragukan data peningkatan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) mengingat banyak pabriknya yang tutup. "Ini perlu diselidiki, mungkin terjadi transhipment," kata anggota Komisi VI DPR Lili Asudiredja, dalam rapat dengar pendapat bersama Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Kamis. Menurut dia, beberapa pabrik TPT seperti Unitex dan Great River sudah tidak beroperasi lagi sehingga ia meragukan data ekspor TPT yang tetap meningkat. "Kalau bisa, kita seperti Filipina yang melakukan razia dan berhasil menjaring dua juta dolar AS. Ini (pemberantasan transhipment) soal keberanian untuk bertindak," ujarnya. Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Refrizal menyatakan pendapat senada. "Data ekspor TPT kita naik, itu aneh karena pabrik TPT ada yang tutup," ujarnya. Ia menduga adanya manipulasi dokumen ekspor atau terjadi praktek transhipment. "Barangnya dari China tapi dokumennya bilang dari Indonesia," tambahnya. Sebelumnya, Menteri Perdagangan mengatakan nilai ekspor TPT Indonesia sejak 2005 mengalami peningkatan 12,5 persen dibanding 2004 saat diberlakukannya aturan kuota terhadap ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat (AS), Kanada, Uni Eropa, dan Turki. Pada tahun 2006, nilai ekspor TPT Indonesia meningkat 23,6 persen dibanding 2004. Selama periode Januari-September 2007, nilai ekspor TPT meningkat 4,25 persen dibanding periode yang sama tahun 2006. Ekspor TPT Indonesia ke AS selama Januari-September 2007 mencapai 3,23 miliar dolar AS dan menduduki peringkat ke enam terbesar ekspornya. Sedangkan untuk produk pakaian jadi, ekspor Indonesia menempati urutan keempat setelah Cina, Meksiko dan Vietnam dengan nilai 3,06 miliar Dolar AS selama Januari-September 2007.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007