Setidaknya seperempat area lahan global secara tradisional dimiliki, dikelola dan digunakan atau dihuni masyarakat adat. Area-area tersebut termasuk sekitar 35 persen yang secara formal dilindungi dan sekitar 35 persen merupakan area terestrial denga
Jakarta (ANTARA) - Laporan terbaru Platform Sains-Kebijakan Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem (IPBES) menyebut tren perubahan kondisi lingkungan di wilayah yang dikelola masyarakat adat dan komunitas lokal lebih kecil atau dapat dihindari.

Dalam laporan terbaru yang disetujui pada sesi ke-7 Pleno the Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) yang berlangsung pada 29 April hingga 4 Mei 2019 di Paris, Prancis, ilmuwan atau peneliti menyebut tiga perempat lingkungan berbasis lahan dan sekitar 66 persen lingkungan laut telah mengalami perubahan signifikan oleh aktivitas manusia.

Namun dalam keterangan tertulis IPBES yang diterima di Jakarta, Senin (6/5), rata-rata perubahan besar tidak terjadi atau dapat dihindari di wilayah yang dimiliki atau dikelola oleh masyarakat adat dan komunitas lokal.

Ketua IPBES Sir Robert Watson mengatakan Laporan Penaksiran Global IPBES untuk Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem ini paling komprehensif yang pernah dihasilkan. Ini laporan pertama antarpemerintah dan menjadi petanda Penaksiran Ekosistem Milenium 2005, dengan memperkenalkan cara inovatif mengevaluasi bukti.

Laporan tersebut dikompilasi oleh 145 peneliti ahli dari 50 negara dalam tiga tahun terakhir, dengan masukan dari 310 kontributor, menaksir perubahan-perubahan dari lima dekade terakhir, menyediakan gambaran komprehensif hubungan antara pembangunan ekonomi jangka panjang dan dampaknya pada alam. Laporan tersebut juga menawarkan sejumlah skenario yang memungkinkan untuk dekade mendatang.

Baca juga: Ilmuwan IPBES: sejuta spesies flora dan fauna terancam punah

Berdasarkan pada review sistematis dari 15.000 sumber ilmiah dan pemerintah, laporan juga menggambarkan kearifan dan pengetahuan lokal, khususnya menangani masalah yang relevan dengan masyarakat adat dan komunitas lokal.

Setidaknya seperempat area lahan global secara tradisional dimiliki, dikelola dan digunakan atau dihuni masyarakat adat. Area-area tersebut termasuk sekitar 35 persen yang secara formal dilindungi dan sekitar 35 persen merupakan area terestrial dengan intervensi manusia yang sangat rendah.

Tekanan terhadap alam yang dikelola oleh masyarakat adat dan komunitas lokal meningkat tetapi secara umum penurunan kondisinya lebih rendah dibanding lahan lainnya, meskipun 72 persen dari indikator lokal yang dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat adat dan komunitas lokal menunjukkan kerusakan alam yang menopang mata pencaharian lokal.

Laporan tersebut juga menyebutkan area-area di dunia yang diproyeksi memperoleh dampak negatif yang signifikan dari perubahan global pada iklim, keanekaragaman hayati, fungsi-fungsi ekosistem dan kontribusi alam untuk manusia adalah juga area-area dengan konsentrasi besar masyarakat adat dan komunitas termiskin di dunia tinggal.

Skenario regional dan global untuk menyelamatkan alam saat ini kurang dan akan memperoleh manfaat dari pandangan eksplisit, perspektif dan hak masyarakat adat dan komunitas lokal, pengetahuan dan pemahaman mereka tentang wilayah dan ekosistem yang luas, dan pandangan pembangunan jangka panjang yang mereka inginkan.

Pengakuan pengetahuan, inovasi dan praktik-praktik, institusi-institusi dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat adat dan komunitas lokal serta inklusi dan partisipasi mereka dalam tata kelola lingkungan sering meningkatkan kualitas hidup mereka, serta konservasi alam, restorasi dan penggunaan berkelanjutan.

Kontribusi positif mereka untuk keberlanjutan dapat difasilitasi melalui pengakuan nasional atas penguasaan lahan, akses dan hak sumber daya sesuai dengan undang-undang nasional, penerapan persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan dan peningkatan kolaborasi, pembagian manfaat yang adil dan merata yang timbul dari penggunaan dan pengaturan pengelolaan bersama dengan masyarakat setempat.

Laporan IPBES ini sebelumnya menyebutkan sekitar 1.000.000 spesies hewan dan tumbuhan semakin terancam punah dalam beberapa dekade.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019