Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Pemeringkat Efek, Fitch Ratings, telah menaikkan peringkat nasional jangka panjang PT Bank Negara Indonesia (BNI) ke "AA-(idn)" dari "A+(idn)" dengan prospek dari peringkat adalah stabil. Fitch, dalam siaran persnya yang diterima ANTARA News, Jumat, mencatat bahwa kenaikan peringkat tersebut mengkonfirmasikan prospek positif yang telah diberikan kepada peringkat nasional BNI pada September 2007. Pada saat yang bersamaan, Fitch juga menegaskan peringkat-peringkat lain dari BNI, yakni peringkat jangka panjang mata uang asing dan local (Issuer Default Rating) di "BB-" dengan prospek positif, peringkat jangka pendek di "B", peringkat individual di "D", peringkat dukungan di "4", dan batas bawah peringkat dukungan di "B+". Kenaikan peringkat nasional BNI mencerminkan permodalan yang lebih kuat setelah penawaran umum saham di kuartal ketiga 2007, perbaikan kualitas kredit walaupun masih lemah, dan profitabilitas yang secara umum stabil tetapi masih di bawah profitabilitas bank sekelas. Kenaikan tersebut juga mempertimbangkan kepemilikan mayoritas negara Indonesia (76,36 persen) dan besaran aset BNI (9,3 persen dari aset total perbankan Indonesia) BNI telah mendapat tambahan modal senilai Rp3,9 triliun dari penjualan saham pada Agustus 2007, yang terdiri dari penawaran umum saham sebanyak 1,99 miliar lembar saham baru yang diikuti oleh penjualan saham milik pemerintah sebanyak hampir empat miliar lembar saham. Penawaran umum saham tersebut mendorong naiknya rasio CAR BNI ke 17,6 persen per akhir September 2007 (Tier-1: 13 persen) dari 15,3 persen per akhir 2006. Namun, rasio CAR BNI masih di bawah rata-rata bank sekelas sebesar 20 persen (Tier-1: 15 persen). Kemajuan dalam proses restrukturisasi dan kondisi makro ekonomi yang lebih baik di 2007 mendukung perbaikan kualitas kredit BNI. Rasio kredit bermasalah turun menjadi 8,3 persen dari jumlah total kredit per akhir September 2007 dari sebelumnya 10,5 persen di akhir 2006 dan 13,7 persen di akhir 2005. Selama sembilan bulan pertama tahun ini, BNI berhasil menyelesaikan proses restrukturisasi kredit bermasalah di segmen korporasi sebanyak Rp1,3 triliun (1,6 persen dari total pinjaman), dimana sekitar 50 persen telah dinaikkan statusnya menjadi kredit lancar, sehingga rasio kredit bermasalah di segmen korporasi menurun menjadi 6,4 persen di akhir September 2007 dari 10,7 persen per akhir 2006. Untuk imbal bagi hasil terhadap rata-rata aset (ROA) sebelum pajak stabil di 1,8 persen di kuartal ketiga 2007 dan 2006, dimana pendapatan dari transaksi perdagangan surat berharga dan komisi perbankan yang lebih tinggi bisa mengkompensasi turunnya pendapatan bunga bersih. Margin bunga bersih menurun menjadi sekitar 4,4 persen di kuartal ketiga 2007 dari 4,9 persen di 2006, karena perseroan berhasil mengurangi jumlah deposito berjangka dan meningkatkan jumlah dana murah seperti tabungan dan giro. Komposisi dana pihak ketiga menjadi lebih baik dimana jumlah deposito berjangka menurun menjadi sekitar 43 persen dari total dana pihak ketiga per akhir September 2007. Jumlah kredit yang diberikan naik, sehingga rasio kredit terhadap total aset meningkat menjadi 44 persen per akhir September 2007 dari sebelumnya 37 persen per akhir 2006. Pinjaman segmen korporasi tetap tinggi, yaitu 41 persen dari jumlah total kredit, meskipun turun dibandingkan 72 persen per akhir 2001. Ini mencerminkan meningkatnya eksposur ke segmen dengan tingkat bunga yang lebih tinggi yaitu UKM dan konsumen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007