Beijing (ANTARA News) - Beijing akan menyediakan dukungan dana untuk para produsen biofuel, termasuk para petani, jika mereka membuat bahan bakar dari tanaman non-pangan seperti limbah pertanian, tanaman sejenis jagung atau gandum atau singkong, demikian China Daily mengatakan, Minggu. "Kami sedang menyusun sesuatu kebijakan untuk mendukung pembuatan biofuel dari produk-produk non-pangan karena mereka adalah sumber energi bersih dan akan membatasi dampak negatif terhadap lingkungan," tulis surat kabar milik pemerintah yang mengutip Zeng Xiaoan dari Kementrian Keuangan. Deputi Direktur Departemen Pembangunan Ekonomi Kementerian tersebut mengatakan bahwa para petani akan menerima 2.700-3.000 yuan (sekitar 365-405 dolar AS) per hektar untuk penanaman produk-produk hutan atau non-tanaman pangan untuk biofuel, termasuk bahan bakar ethanol dan biodiesel. Pihaknya juga akan membantu para produsen biofuel dalam pengajuan pinjaman terhadap bank dan memberi hadiah 20-40 persen dari total investasi mereka pada saat proyek-proyek mereka mencapai standar industri, kata Zeng. China merupakan produsen ethanol ke tiga dunia setelah Amerika Serikat dan Brazil. Negara itu memiliki empat pabrik bersubsidi yang membuat sekitar 1,2 juta ton bahan bakar tahun lalu, terutama dari jagung dan gandum. Namun, karena harga bijian pangan meningkat maka Beijing menetapkan meninjau kembali kebijakannya mengenai biofuel. Mereka menurunkan target produksinya dan memperkenalkan pengganti pada makanan ternak menjadi non-produk pangan, terutama untuk memanfaatkan limbah pertanian menjadi biofuel. Surat kabar itu juga menyebutkan bahwa produksi biofuel China kemungkinan meningkat menjadi 200.000 ton pada 2010 dan dua juta ton pada 2020. China, yang merupakan importir utama minyak sayuran, menghadapi tantangan besar atas biodiesel karena itu negara tersebut baru-baru ini membuat dari minyak seperti minyak sawit, minyak lobak dan minyak kedelai. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007