Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom mengusulkan perlunya keberadaan semacam dana yang disebut "sovereign wealth fund" (SWF) yang memiliki fungsi stabilisasi, investasi, maupun tabungan. "Ke depan hal ini sangat relevan dengan tantangan ekonomi global bagi perekonomian Indonesia dalam bentuk ketidakpastian yang semakin tinggi terutama di sektor keuangan," kata Miranda dalam pidato pengukuhan guru besar ekonomi di hadapan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, Sabtu. Dalam sidang yang dipimpin Ketua Dewan Guru Besar yang juga Rektor UI, Gumilar Rusliwa Somantri, Miranda mengatakan, kecanggihan produk pasar keuangan melahirkan tantangan tersendiri baik bagi otoritas moneter maupun fiskal. Di masa depan, bentuk dari kejutan terhadap perekonomian akan datang dari pasar keuangan global dan persoalan geo-politik. Produk pasar keuangan dunia pun telah berkembang menyentuh pasar komoditas internasional dengan sekuritisasi surat-surat jual beli komoditas. Hal itu makin merumitkan perdagangan komoditas internasional karena komoditi menjadi sebuah "asset class" tersendiri yang menjadi setara dengan aset finansial di pasar keuangan. Perdagangan komoditas internasional tiba-tiba menghadapi kenyataan bahwa harga pasar tidak lagi semata-mata ditentukan oleh permintaan atas ekspor dan impor namun terlebih lagi oleh ekspektasi pelaku pasar keuangan atas harga sekuritisasi surat-surat jual beli barang komoditas. "Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa hedge funds dan pelaku pasar finansial internasional mulai meramu produk derivatif yang memiliki underlying sekuritisasi surat-surat jual beli pasar komoditas internasional," katanya. Menurut dia, dalam beberapa waktu terakhir harga minyak mendekati level 100 dolar AS per barel dengan sangat cepat, di mana kenaikan tersebut lebih didorong oleh unsur ekspektasi dan spekulasi pasar keuangan internasional. Sebagai negara yang memiliki keunggulan dan kelimpahan komoditas untuk ekspor, Indonesia rentan terhadap perkembangan terakhir di pasar internasional itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007