Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Dengan padamnya secara perlahan api di kualdron Stadion Peringatan Ulang Tahun ke-80 Raja yang telah menyala secara terus menerus sejak 6 Desember, maka berakhir pulalah ajang multi event terbesar di Asia Tenggara itu. Acara penutupan yang tidak kalah semaraknya dibanding upacara pembukaan itu, secara resmi dilakukan oleh Perdana Menteri Thailand Surayud Chulanont, Sabtu. Udara Nakhon yang terasa lebih dingin dari biasanya karena sebelumya sempat turun hujan gerimis, kembali bermandikan cahaya berwarna-warni. Dentuman suara kembang api yang meledak di angkasa, diiringi oleh permainan cahaya laser, menambah semarak suasana. Seluruh peserta, mulai dari atlet, pelatih dan ofisial, tampak larut dalam suasana gembira. Kerja keras yang penuh cucuran keringat dan mungkin juga air mata seolah sudah dilupakan. Yang ada hanyalah perasaan bersatu sebagai bangsa Asia Tenggara dalam sebuah semangat persahabatan, melalui nilai-nilai olahraga. Sebelum api obor dipadamkan, Menteri Olahraga dan Pariwisata Thailand Suvid Yodmani dalam laporannya kepada PM Chulanont mengatakan bahwa Propinsi Nakhon Ratchasima telah sukses sebagai penyelenggara dan SEA Games 2007 kali ini diikuti oleh atlet dengan jumlah terbanyak sepanjang sejarah. Menurut Yodmani, ditunjuknya Thailand sebagai tuan rumah merupakan sebuah kehormatan karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-80 Raja Bhumibol Adulyadej yang jatuh pada 5 Desember lalu. Para atlet dari luar negeri pun mendapat kesempatan yang langka karena bisa berpartisipasi merayakan ulang tahun raja yang sangat dihormati rakyatnya itu. Sukses Nakhon sebagai tuan rumah SEA Games di luar ibukota Bangkok untuk kedua kali ini menurut Yodmani tidak terlepas dari dukungan penuh pemerintah, terutama dukungan dana untuk membangun stadion Peringatan Ulang Tahun ke-80 Raja berkapasitas 20.000 penonton dengan total biaya dua miliar bath (satu bath=Rp286). Biaya tersebut belum termasuk pembangunan berbagai sarana olahraga lainnya di berbagai lokasi yang tersebar di dalam maupun di luar kota. Dalam kesempatan tersebut, PM Surayud memberikan penghargaan kepada dua atlet terbaik putra dan putri, yaitu perenang Filipina Miguel Molina dan Nattahanan Junkrajang. Molina sukses menambang empat medali sekaligus dari kolam renang, sementara Junkrajang juga meraih empat emas dari kolam renang. Upacara penutupan diawali dengan pertunjukan kesenian yang menampilkan kreasi "Message from the Heart", "The Creation of Spirit", "The Creation of Celebrations" , "The Creation of Sport Ceremony", "The Creation of Hope" dan berbagai kreasi lainnya. Berbeda dengan yang lazim dilakukan pada saat penutupan ketika semua peserta berpawai menurut cabang olahraga, namun kali ini mereka berpawai menurut negara masing-masing seperti saat upacara pembukaan. Saat berpawai, satu persatu negara menampilkan lagu khas masing-masing dan ketika giliran Indonesia, mengalun lagu Bengawan Solo. Berkompetisi selama lebih dari dua minggu telah memberikan banyak cerita, baik cerita suka cita bagi mereka yang menang, maupun cerita sedih dan kecewa bagi yang kalah. Khusus bagi kontingen Indonesia yang mencapai target memperbaiki peringkat dari kelima menjadi keempat terbaik setelah Thailand, Malaysia dan Vietnam, SEA Games 2007 juga melahirkan berbagai suasana. Sukses di cabang atletik dan angkat besi, tapi hancur lebur di cabang renang, sepakbola dan menembak. Indonesia secara keseluruhan mengumpulkan 56 medali emas, 64 perak, dan 83 perunggu. Thailand di posisi pertama dengan 183 emas, 123 perak, dan 103 perunggu, diikuti Malaysia dengan 68 emas, 52 perak, dan 96 perunggu, serta Vietnam dengan 64 emas, 58 perak, dan 82 perunggu. Setelah Indonesia, ada Singapura yang menempati posisi kelima dengan 43 emas, 43 perak, dan 41 perunggu, diikuti Filipina dengan 41 emas 91 perak, dan 96 perunggu, dan Myanmar dengan 14 emas, 26 perak, dan 47 perunggu. Laos, yang akan menjadi tuan rumah SEA Games berikutnya, menempati posisi kedelapan dengan mengumpulkan lima emas, tujuh perak, dan 32 perunggu, diikuti Kamboja dengan dua emas, lima perak, dan 11 perunggu, Brunei dengan satu emas, satu perak, dan empat perunggu, dan terakhir Timor Timur yang tidak mendapatkan satu medali pun. Satu persatu kontingen pun pulang ke negara masing-masing, kembali mempersiapkan diri untuk menjadi yang terbaik di Ventiane, Laos, tuan rumah SEA Games 2009. Dua tahun lagi, mereka akan bertemu lagi untuk kembali berkompetisi untuk memperlihatkan diri sebagai yang terkuat, tercepat dan tertinggi. Pob Kan Tee Lao.... (Sampai Jumpa di Laos 2009....) (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007