Surabaya (ANTARA News) - Persaingan merebut pasar konsumen televisi berlangganan pada 2008 mendatang dipastikan akan semakin ketat, menyusul rencana beroperasinya sejumlah perusahaan jasa penyedia televisi berlangganan di Indonesia. Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Don Bosco Selamun yang ditemui wartawan di Surabaya, Selasa, mengungkapkan sejak beberapa waktu lalu, sekitar 15 perusahaan pengelola televisi berlangganan sudah mengajukan permohonan izin untuk beroperasi. "Dari jumlah permohonan yang masuk ke KPI itu, tiga diantaranya sudah mendapatkan izin prinsip dan enam lainnya sudah dikeluarkan rekomendasi kelayakan. Sisanya masih dalam proses," katanya usai berbicara pada seminar "Peluang dan Tantangan Demokratisasi Informasi" kerjasama Fisip Unair dengan PT Direct Vision (pengelola televisi berlangganan Astro). Saat ini, terdapat lima perusahaan penyedia jasa televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia, yakni Indovision, First Media, Telkom Vision, Indosat M2, dan Astro. Total konsumen kelima televisi berlangganan itu sekitar 640 ribu pelanggan. Dari jumlah pelanggan itu, Indovision menguasai 47 persen, disusul First Media 21 persen, Astro 20 persen, Telkom Vision 11 persen, dan Indosat M2 hanya satu persen. "Pasar televisi berlangganan masih cukup besar, karena itu sejumlah pemain baru mencoba membidik pasar tersebut. Harus diakui, televisi berlangganan di Indonesia belum sebagus negara lain, karena masyarakat belum terbiasa dengan hal itu," kata Don Bosco. Vice President Director PT Direct Vision, Halim Mahfudz pada kesempatan yang sama menambahkan, meski persaingan makin ketat, namun pihaknya optimistis bisa merebut pangsa pasar pada 2008 mendatang. "Kalau saat ini Astro punya sekitar 140 ribu pelanggan, tahun 2008 nanti kami targetkan bisa mencapai 300 ribu lebih pelanggan. Sejumlah strategi untuk menggaet pasar sudah kami rancang," katanya. Untuk mencapai target itu, lanjut Mahfudz, pihaknya akan melakukan ekspansi pasar di beberapa wilayah, seperti Balikpapan, Banjarmasin, dan Makassar atau kawasan Indonesia tengah. Selain itu, potensi pasar di wilayah Jawa, Bali dan Sumatera akan terus ditingkatkan. Mahfudz menyebut sekitar 50 juta pemilik televisi di Indonesia menjadi potensi pasar yang cukup besar bagi pengelola televisi berlangganan, namun yang sudah menjadi konsumen masih sangat rendah yakni di bawah lima persen. "Penetrasi pasar televisi berlangganan di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara-negara di kawasan Asia. Hongkong dan India termasuk negara yang penetrasi pasarnya sangat besar, diatas 70 persen," kata Mahfudz. Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Henry Subiakto saat berbicara pada seminar itu mengatakan, rendahnya penetrasi pasar televisi berlangganan di Indonesia, karena masyarakat yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. "Masyarakat kita terbiasa dengan tayangan gratis, padahal yang namanya hiburan itu seharusnya membayar. Di negara-negara lain, televisi berlangganan merupakan sesuatu yang lumrah, karena untuk mendapatkan suatu hiburan, masyarakat memang harus mengeluarkan `cost`," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007