Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia dan Singapura dalam waktu dekat ini akan mengoperasikan siaran TV dalam bentuk digital dan meninggalkan sistem analog, sementara perusahaan TV Indonesia masih belum jelas kapan akan masuk ke dunia digital. "Singapura akan mulai siaran TV Digital tahun 2012 dan Malaysia tahun 2015, tapi keduanya sudah akan melakukan uji coba dalam waktu dekat ini, sedangkan Indonesia masih belum ada tanda-tanda untuk memulainya," kata Kasubdit Penataan Frekuensi Radio, Denny Setiawan, yang didampingi Kasubdit Hubungan Internasional Ditjen Postel, Kicky A Mocharam, di Kuala Lumpur, Rabu. Karena kedua negara akan melakukan siaran TV digital, saat ini sedang intensif membicarakan dampaknya terhadap siaran di kawasan perbatasan, seperti perbatasan Malaysia-Indonesia di Sabah dan Sarawak, kemudian Johor dengan Batam, Singapura dengan Batam dan Riau. "Kalau tidak dibicarakan akan menimbulkan masalah jika di suatu daerah masih menggunakan sistem analog dan daerah lain sudah menggunakan digital. Makanya Malaysia dan Singapura rutin mengadakan pembicaraan dengan negara tetangganya," tambah Kicky. Antara Indonesia, Malaysia dan Singapura ada "joint committe on communication" (JCC) mengenai transisi siaran TV dari sistem analog ke digital, tapi karena Malaysia banyak bersentuhan mengenai perbatasan, maka diadakan pembicaraan khusus secara bilateral, terutama mengenai solusi atas dampaknya bila Malaysia sudah melakukan sistem siaran TV digital, sedangkan Indonesia masih belum, atau sudah tapi masih di daerah perkotaan. Menurut Denny dan Kicky, Indonesia perlu segera menerapkan sistem TV digital karena tingginya permintaan saluran TV di Indonesia terkait dengan banyaknya stasiun TV nasional dan lokal. "Dengan sistem digital, satu kanal bisa digunakan untuk banyak progam TV. Tidak perlu satu kanal dimiliki satu perusahaan broadcasting TV. Jadi sistem digital mampu memenuhi banyaknya broadcasting," kata Denny. Masih sulitnya stasiun TV Indonesia beralih ke sistem digital terkait dengan pengadaan teknologinya yang masih mahal, ditambah masyarakat yang TV-nya belum digital harus membeli lagi dekoder (alat penerima) agar bisa menangkap siaran TV digital. "Tapi jika tidak segera beralih, maka masyarakat di perbatasan akan lebih suka menikmati TV negara tetangga yang jauh lebih berkualitas karena sudah menggunakan siaran TV digital," ujar Denny. Negara-negara yang tercakup dalam ASEAN sudah memberikan rekomendasi untuk menggunakan siaran TV digital pada 2015. (*)

Copyright © ANTARA 2007