Kabul (ANTARA News) - Australia di Afganistan untuk "waktu lama", kata Perdana Menteri (PM) Negeri Kangguru itu, Kevin Rudd, pada kunjungan kejutan hari Sabtu ke negara itu, yang melawan pemberontakan meningkat pimpinan pejuang Taliban. Rudd mengadakan pembicaraan dengan Presiden Irak, Hamid Karzai, beberapa jam sesudah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy juga mengadakan kunjungan rahasia untuk menemui tentaranya, yang berada bersama hampir 40 negara lain dalam pasukan pimpinan Pakta pertahanan Atlantik utara NATO untuk memerangi Taliban. "Salah satu pesan saya sampaikan kepada Yang Mulia presiden hari ini adalah bahwa Australia di sini di Afganistan untuk waktu lama," kata Rudd kepada wartawan, seperti dikutip AFP. "Pada beberapa bulan mendatang, saya juga akan mendorong teman dan mitra serta sekutu di NATO untuk meneruskan janji mereka kepada negara ini dan bila mungkin memperpanjangnya," katanya. Australia sudah membantah laporan media ahir pekan lalu bahwa negara itu akan menahan hampir 900 tentaranya di Afganistan lebih lama dari jadwalnya pada Agustus tahun mendatang, dengan menyatakan belum ada keputusan. Tapi, partai Buruh Rudd "selama beberapa waktu menunjukkan akan mempertimbangkan permintaan layak untuk bantuan ketentaraan di Afganistan", kata wanita jurubicara. Perdana menteri itu, dalam kunjungan pertamanya ke Afganistan sejak terpilih bulan lalu, menyatakan sudah mengunjungi tentara Australia, yang berpangkalan di propinsi Uruzgan, Afganistan tengah-selatan, sebelum tiba Kabul, di ibukota negara terkoyak perang itu. Karzai berterima kasih kepada Australia atas karya pembangunan kembali dan keamanannya di provinsi itu, salah satu daerah paling rawan dan bekas kubu pejuang Taliban di Afganistan tersebut. Rudd menyatakan mewujudkan keamanan di Uruzgan adalah tantangan, yang dapat dicapai. "Saya yakin tentara kami dalam kemitraan dengan teman kami di Tentara Bangsa Afgan akan mencapai keberhasilan lebih lanjut pada masa depan dalam mengamankan propinsi penting itu untuk ketenangan jangka panjang," katanya. Tentara Australia di Uruzgan bekerja bersama 1.650 tentara dari Belanda dalam Pasukan Bantuan Keamanan Antarbangsa (ISAF) pimpinan NATO, yang secara keseluruhan berjumlah lebih dari 40.000 tentara. Pemerintah Belanda bulan lalu mengumumkan akan memperpanjang masa tugasnya, yang seharusnya habis Agustus 2008, sampai Desember 2010. Tahun ini merupakan yang paling berdarah dalam pemberontakan, yang dilancarkan segera setelah Taliban disingkirkan dari kekuasaannya pada ahir 2001 akibat melindungi Alqaida. Harian "The Australian" hari Senin melaporkan pemerintah baru Rudd memperingatkan NATO dan sekutunya bahwa mereka akan kalah dalam perang melawan pejuang garis keras Taliban, kecuali mereka segera mengubah siasat. Amerika Serikat juga mengumumkan sedang malakukan peninjauan. Karzai menyeru pemusatan perhatian lebih banyak pada pangkalan pejuang di luar Afganistan, khususnya di Pakistan, sementara di sana terjadi peningkatan tekanan tahun ini pada pelatihan pasukan Afgan dan pengutamaan rujuk. Sarkozy dalam kunjungan enam jamnya menyatakan usaha antarbangsa untuk melepaskan negara itu dari garis keras tidak boleh gagal. "Betul-betul perlu bagi Afganistan tidak jatuh ke tangan teroris, seperti yang kita lihat dengan Taliban," katanya. Perdana Menteri Itali Romano Prodi juga diperkirakan berkunjung pada beberapa hari mendatang. Temu puncak NATO di Bukares pada April menetapkan peninjauan kembali upaya menolong Afganistan mengahiri pemberontakan dan mewujudkan demokrasi. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007