Karakas (ANTARA News) - Presiden Venezuela, Hugo Chavez, mengumumkan perombakan besar kabinetnya, setelah kalah dalam pemilihan bulan lalu yang menghancurkan harapannya untuk memperoleh kekuasaan baru guna mendesakkan revolusi sosialisnya. Chavez menunjuk seorang pengganti, yang bersuara-lembut, bagi wakil presidennya Jorge Rodriguez, dan mengatakan bahwa dirinya telah membuat 12 perubahan lainnya. Rodriguez telah disalahkan oleh banyak pendukung pemerintah karena kekalahan referendum Desember, ketika pemilih menolak upaya Chavez untuk memperoleh kekuasaan baru dan hak untuk mencalonkan diri untuk dipilih kembali selama jangka waktu tak terbatas. Dalam beberapa hari belakangan ini, Chavez yang tampaknya rendah hati membatalkan pidato revolusioner hebatnya dan malahan berjanji untuk menangani masalah seperti kejahatan dan pengumpulan sampah yang lebih berdampak langsung pada pendukung akar rumputnya. Dalam penggilan telpon pada televisi negara, Chavez mengatakan wakil presiden barunya adalah Ramon Carrizale, bekas menteri perumahan. Ia tidak memberikan rincian mengenai sebagian besar dari 12 perubahan kabinet lainnya. Chavez mengatakan, penting untuk menjangkau kelas menengah Venezuela dan kelompok masyarakat lainnya yang sering diasingkan oleh kebijakan pro-masyarakat miskinnya. "Kita bukan ekstrimis dan kita tidak dapat jadi (ekstrimis). Kita harus mencari aliansi dengan kelas menengah," katanya, dan menambahkan bahwa ia tidak merencanakan untuk menghapuskan properti pribadi, ketakutan dari banyak penentangnya. Pada malam tahun baru, ia mengumumkan, pengampunan yang diharapkan akan membebaskan dari penjara ratusan orang yang mengambil bagian dalam kudeta yang secara singkat menjatuhkannya dari kekuasaan pada 2002. Chavez (53) adalah teman dan sekutu dekat pemimpin Kuba Fidel Castro, dan oposisi Venezuela menuduhnya berusaha untuk membentuk pemerintah diktatoris. Slogan Chavez sepanjang tahun lalu adalah "sosialisme atau mati" dan ia belum sepenuhnya melepaskan sikap kurang ajarnya, minta pada penentangnya untuk mempelajari mengenai mentor politiknya. "Bagi orang-orang yang menganggap diri mereka lebih suci dari Paus, biarkan mereka membaca Lenin. Mereka akan bertemu dengan Fidel Castro pada suatu hari," katanya. Rodriguez adalah tokoh tempur presiden sayap-kiri itu yang masuk tahun lalu untuk mengawasi gelombang nasionalisasi dalam gerakan ke arah apa yang Chavez katakan sebagai "sosialisme abad ke 21". Pembaruan yang diusulkan digagalkan oleh pemilih dalam referendum bulan lalu yang sedianya akan memberi Chavez kontrol langsung atas bank sentral dan kekuasaan besar untuk mendirikan negara sosialis. Rencananya gagal sebagian karena ketidakpuasan yang meningkat di antara pendukungnya terhadap korupsi, ketidakamanan dan bahkan kekurangan produk seperti susu di negara kaya-minyak itu. Segera setelah pemilihan itu, Chavez mengatakan rakyat Venezurla masih belum cukup matang akan sosialisme. Ia mungkin masih akan menghasilkan beberapa perubahan yang lebih populersesuai usulnya sebagai bagian dari pemeriksaan seksama konstitusional, seperti keamanan sosial yang penting bagi pekerja di sektor informal, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008