Brisbane (ANTARA News) - Kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto yang menurun sehingga memaksanya untuk kembali dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta sejak Jumat(4/1) mendapat perhatian luas dari media global, termasuk Australia. Surat kabar terkemuka "The Australian" dan jaringan pemberitaan "Australian Broadcasting Corporation" (ABC), misalnya, Sabtu, menyoroti kondisi kesehatan Soeharto yang terus menurun sembari menyinggung kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke RSPP. Surat kabar milik konglomerat media global Rupert Murdoch ini mengutip penjelasan ketua tim medis yang merawat Soeharto, Dr.Mardjo Soebiandono, tentang kondisi kesehatan mantan orang kuat Orde Baru berusia 86 tahun yang tidak kunjung membaik itu. Kondisi terkini kesehatan mantan presiden yang berkuasa selama 32 tahun sebelum mengundurkan diri 21 Mei tahun 1998 di tengah gelombang unjuk rasa masyarakat dan mahasiswa itu juga menjadi sorotan ABC dalam laporan korespondennya di Indonesia, Geoff Thompson. Soeharto yang disebut ABC sebagai "mantan diktator" itu kembali menghuni ruang "president suite" Nomor 536 di lantai lima gedung RSPP Jumat siang sekitar pukul 14.15 WIB setelah tim dokter menemukan adanya penurunan kadar hemoglobin darah dan tekanan darah turun serta terjadinya penimbunan cairan (oedema). Stasiun TV global, CNN, juga menempatkan berita tentang kondisi kesehatan Soeharto dalam segmen beritanya Sabtu. Sementara itu, dari Jakarta dilaporkan bahwa Presiden Yudhoyono memanjatkan doa bagi kesehatan mantan presiden Soeharto saat menjenguknya selama sekitar 20 menit di RSPP, Sabtu siang. Dalam konferensi pers Sabtu pagi, Ketua tim dokter kepresidenan Mardjo Soebiandono mengatakan kondisi Soeharto belum memperlihatkan kemajuan yang berarti. Keadaan umum kesehatannya masih lemah dengan tekanan darah 80/50 ml/Hg, katanya. "Jantung dan paru-paru masih belum membaik dengan obat-obat yang diberikan. Penumpukan cairan di seluruh tubuh juga makin bertambah terutama di paru-paru," kata Soebiandono. Selain itu, pemeriksaan di laboratorium menunjukkan kadar haemoglobin semakin menurun yaitu 8,3 gr persen, katanya. Dalam sejarah hubungan bilateral Indonesia dan Australia yang sering mengalami pasang surut, mantan perdana menteri Paul Keating (1991-1996) justru pernah memiliki hubungan pribadi yang baik dan hangat dengan mantan Presiden Soeharto. Bahkan, Keating menempatkan Indonesia secara khusus dalam kebijakan luar negeri Australia sebagaimana ia sampaikan sendiri dalam sebuah pertemuan di Sydney tahun 1994. Dalam pertemuan tersebut, Keating menegaskan bahwa "tidak ada satu negara pun yang lebih penting bagi Australia daripada Indonesia. Jika kami gagal menempatkan hubungan ini pada jalur yang benar, memelihara dan mengembangkannya, maka seluruh jejaring hubungan luar negeri kami tidaklah lengkap". Sejak lengser dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998, pemimpin yang lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 ini telah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena beragam penyakit, seperti pendarahan usus, jantung, dan paru-paru. Soeharto antara lain pernah dirawat di RSPP pada 20 Juli 1999 karena stroke ringan. Setelah itu, ia kembali masuk rumah sakit yang sama pada tahun 2000, 2001, 2002, 2004, 2005, 2006 dan 2008.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008