Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Senin pagi melemah tajam, karena pelaku pasar kembali memburu dolar AS ketimbang rupiah, meski bank sentral AS (The Fed) telah menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin menjadi 3,75 persen. Kurs rupiah melemah 21 poin menjadi Rp9.431/9435 per dolar AS dari akhir pekan lalu Rp9.410/9.415 per dolar AS. Penurunan suku bunga Fed fund itu pada Jumat lalu itu telah memicu rupiah menguat, namun isu positif itu tidak berlangsung lama, karena pada hari ini kembali terpuruk hingga mendekati level Rp9.450 per dolar AS, kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, merosotnya kembali rupiah sudah diperkirakan, karena pelaku pasar masih membutuhkan dolar AS untuk membayar utangnya yang jatuh tempo. "Kebutuhan dolar AS yang masih tinggi, terutama dari korporat, menekan rupiah kembali melemah," ucapnya. Rupiah, lanjut Edwin Sinaga, memang sulit untuk menguat hingga menembus level Rp9.400 per dolar AS, apalagi Bank Indonesia (BI) belum menetapkan patokan rupiah untuk tahun ini. Namun BI telah melakukan intervensi pasar untuk pertama kali terhadap rupiah pada level Rp9.400 per dolar AS, katanya. Menurut dia, rupiah kemungkinan akan terus merosot, meski harga minyak mentah dunia kembali melemah hingga di level 92 dolar AS per barel setelah sebelumnya sempat mencapai di atas level 100 dolar AS per barel. Penurunan rupiah itu juga terpengaruh dengan melemahnya bursa regional yang menyusul merosotnya bursa Wall Street, akibat kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi AS yang melemah. Pertumbuhan ekonomi AS makin tertekan setelah keluarnya data tingkat pengangguran AS pada 2007 yang terus melonjak dibanding tahun sebelumnya, tuturnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen turun 0,1 persen menjadi 108,9 dan terhadap dolar Australia melemah 0,4 persen menjadi 0,8947. Dolar AS tertekan pasar, setelah The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin. (*)

Copyright © ANTARA 2008