Bogor (ANTARA News) - Indonesia bisa memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri dengan memanfaatkan lahan terbengkalai yang luasnya mencapai 1,5 juta hektare. Lahan-lahan tersebut meliputi lahan sawah bera, lahan kering masam yang banyak terdapat di wilayah barat Indonesia, padang alang-alang atau pasang surut dan lahan di bawah tegakan perkebunan, kata Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Didy Sopandie, di Bogor, Rabu. "Jadi, tidak perlu kita membuka lahan baru untuk memperluas areal penanaman kedelai. Jangan sampai upaya perluasan areal justru menimbulkan masalah baru seperti penebangan hutan," katanya. Produktivitas kedelai di lahan bekas sawah cukup tinggi dan bisa mencapai 2,2 ton per hektare, sedangkan di lahan kering masam 1,9 ton per hektare. Namun, jenis-jenis kedelai yang ditanam juga harus disesuaikan dengan kondisi tanah di masing-masing lahan tersebut. Dalam sidang kabinet terbatas Selasa (15/1), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pemerintah tengah berpikir untuk membuka sentra kedelai di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki lahan luas, sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai nasional. Saat ini, permintaan kedelai nasional mencapai 2 juta ton, sementara produksi hanya berkisar antara 600 ribu hingga 800 ribu ton, sehingga Indonesia masih sangat bergantung pada impor. Dengan dukungan teknologi dan insentif yang memadai bagi petani, ia yakin Indonesia bisa mencapai swasembada kedelai. Menurut dia, IPB sudah mempunyai hasil-hasil riset tentang varietas kedelai yang mempunyai produktivitas tinggi. "Namun kita belum sampai pada uji multi lokasi. Uji ini seharusnya dilakukan oleh Departemen Pertanian," kata Didy Sopandie. (*)

Copyright © ANTARA 2008