Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Yogyakarta, Muryanto, mengharapkan pemerintah kembali memberikan subsidi harga kedelai agar harga di pasaran dapat dijangkau oleh produsen tempe/tahu. "Sebelumnya kedelai memang mendapat subsidi. Ketika Bulog masih menanganinya harga berkisar Rp1.000 sampai Rp3.500 per kg. Namun sejak subsidi dicabut dan Bulog tidak mengurus kedelai lagi, harga terus naik," katanya di Yogyakarta, Jumat. Tingginya harga kedelai itu membuat 800 produsen tempe/tahu yang tergabung dalam Primkopti Yogyakarta merasa berat membeli bahan baku kedelai. "Harga yang biasanya Rp3.500 kini naik menjadi Rp7.500 per kg. Kenaikan yang cukup tinggi ini membuat 70 persen produsen tempe/tahu `kolaps`, yang bertahan hanya sekitar 30 persen," kata dia. Produsen yang bertahan itu pun harus mengurangi jumlah produksi, mengurangi tenaga kerja, bahkan ada pula yang menutup usahanya karena biaya produksi cukup tinggi. Ia mengatakan, sebelum harga kedelai naik cukup tinggi kebutuhan produsen tempe/tahu terhadap kedelai mencapai 800 ton, tetapi kini hanya 300 ton per bulan. "Kebutuhan itu menurun karena konsumen juga berpikir ulang untuk membeli tempe/tahu yang harganya juga ikut naik. Produsen memang terpaksa menaikkan harga jual agar dapat menutup biaya produksi," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008