Denpasar (ANTARA News) - Bali dalam beberapa tahun belakangan mulai menjadikan ternak babi sebagai matadagangan antarpulau dengan tujuan Surabaya, Semarang dan Jakarta. "Peternak kita setiap bulan mengirim babi berkisar 100-300 ekor dengan berat rata-rata di atas 100 kilogram per ekor," kata Kepala Dinas Peternakan Propinsi Bali Ida Bagus Raka di Denpasar, Minggu. Ia mengatakan, perdagangan babi antarpulau diharapkan bisa ditingkatkan di masa-masa mendatang, mengingat masyarakat cukup bergairah memelihara jenis ternak tersebut. Perdagangan babi antarpulau itu tidak dibatasi kuota seperti halnya sapi, sehingga pelaksanaannya sangat tergantung dari permintaan pasar, ujar Ida Bagus Raka. Hampir setiap keluarga di pedesaan di Bali memelihara ternak babi minimal dua ekor per kepala keluarga (KK), bahkan mulai mengembangkan peternakan babi secara lebih intensif. Kondisi itu menjadikan persediaan babi dalam jumlah memadai guna mengantisipasi kebutuhan lokal, termasuk menjelang Hari Raya Galungan, yang membutuhkan babi secara massal dalam jumlah lebih banyak. Kebutuhan babi untuk keperluan Hari Raya Galungan umat Hindu yang dirayakan pekan depan (23/1) paling tidak mencapai 30.000 ekor. Seluruh kebutuhan itu dapat dipenuhi dari hasil ternak lokal, karena masyarakat sudah mempersiapkan kebutuhan hari raya terbesar umat Hindu jauh sebelumnya. Populasi babi di Bali tercatat sekitar 80.000 ekor, separuh lebih di antaranya dengan berat rata-rata satu kuintal yang siap untuk dipotong atau diperdagangkan antarpulau. Harga babi hidup berkisar Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram dan daging babi yang sudah bersih Rp25.000 hingga Rp30.000/kg hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Stabilnya harga babi dan daging babi karena persediaan di Bali dalam jumlah memadai, ujar Ida Bagus Raka.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008