Banda Aceh (ANTARA News) - Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk Faisal Ali, mengimbau bangsa Indonesia untuk memaafkan mantan Presiden Soeharto yang meninggal dunia Minggu (28/1). "Saya berharap bangsa Indonesia memaafkan Soeharto, sebab setiap mukmin ada kewajiban memaafkan kesalahan saudaranya yang sesama muslim. Apalagi jika telah meninggal dunia agar dosanya diampuni Allah SWT," katanya di Banda Aceh, Senin. Dijelaskannya bahwa dalam ajaran Islam juga disebutkan orang yang masih hidup hendaknya menceritakan kebaikan-kebaikan yang dilakukan setiap mukmin yang telah meninggal dunia. "Artinya, kita disuruh menceritakan kebaikan yang dilakukan mukmin, termasuk Soeharto semasa hidupnya. Bukan mencelanya, sebab keburukan yang pernah dilakukan semasa hidup itu merupakan urusan Tuhan," tambahnya. Faisal Ali juga mengimbau umat Islam, khususnya di Aceh, untuk mendoakan dan mengikhlaskan kepergian mantan Presiden Soeharto untuk menghadap Sang Khalik, Allah SWT. Sementara itu, anggota DPR RI asal daerah pemilihan Aceh, HM Nasir Djamil, berpendapat bahwa secara kemanusiaan mantan Presiden RI ke-2 itu memang harus dimaafkan. "Secara kemanusiaan memang harus dimaafkan, tapi masalah dugaan penyelewengan dana di tujuh yayasan miliknya tetap harus diproses secara hukum," katanya. Sebab, anak-anak Soeharto masih hidup dan mereka memiliki kewajiban serta harus ikut bertanggungjawab atas proses hukum yang pernah dilakukan orangtuanya, tegas HM Nasir Djamil. "Jadi, meninggalnya Soeharto tidak otomatis kasus-kasus penyelewengan uang negara semasa menjabat Presiden ditutup," tambah Nasir Djamil. Berita kepergian sosok yang pernah memimpin bangsa Indonesia selama 32 tahun itu telah menjadi topik utama koran-koran terbitan lokal di provinsi NAD.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008