Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian (Deptan) memperkirakan pada 2008 terjadi kekurangan lebih 70 juta benih kelapa sawit untuk program revitalisasi perkebunan, dan untuk mengatasinya akan dilakukan impor. Dirjen Perkebunan Deptan, Achmad Mangga Barani, di Jakarta, Selasa, menyatakan kebutuhan benih untuk keperluan peremajaan dan perluasan perkebunan kelapa sawit pada tahun ini mencapai 230 juta benih. Namun, tambahnya, kemampuan produksi tujuh sumber benih kelapa sawit dalam negeri hanya sebanyak 159 juta sehingga kekurangan mencapai 71 juta benih. "Oleh karena itu untuk mencukupi kekurangan benih tersebut akan dilakukan impor," katanya. Achmad Mangga Barani mengatakan impor benih kelapa sawit tersebut akan dilakukan dari Malaysia, Papua Nugini dan Costa Rica. Namun demikian, tambahnya, impor dari Malaysia terkendala persyaratan dari pemerintah setempat bahwa benih produksi negera tersebut hanya boleh diperuntukkan bagi perkebunan Malaysia. "Dengan demikian impor benih dari negara tersebut nantinya hanya diperuntukkan bagi perkebunan kelapa sawit yang dimiliki perkebunan mereka," katanya. Sedangkan untuk impor benih kelapa sawit dari Costa Rica, menurut Dirjen Perkebunan, harus bebas hama dan penyakit tumbuhan. Selain itu, benih dari negara Amerika Latin tersebut tidak bisa langsung masuk ke Indonesia namun harus melewati negara ketiga untuk mengantisipasi terbawanya hama penyakit karena di Costa Rica terdapat hama lethal yellowing yang berbahaya bagi tanaman karet. Menyinggung kuota yang ditetapkan pemerintah kepada pengusaha untuk impor benih sawit, Achmad Mangga Barani mengatakan, mereka bebas memasukkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada 2008 Deptan menargetkan perluasan perkebunan kelapa sawit mencapai 350.000 hektar dan peremajaan tanaman seluas 50.000 ha. Saat ini luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan mencapai 6,2-6,7 juta hektar. Mengenai batas waktu izin impor benih kelapa sawit, Dirjen mengatakan, hal itu sampai kemampuan produksi dalam negeri mencukupi kebutuhan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008