Denpasar (ANTARA News) - Pers Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dinilai kebablasan karena banyak berita yang disajikannya tidak mendidik sehingga memberikan dampak kurang baik terhadap kehidupan bermasyarakat. "Sejumlah media massa menyajikan berita-berita unjukrasa yang anarkis dan peristiwa itu secara mudah direkam otak masyarakat," ujar Tokoh Pers di Bali Dr Ir I Wayan Windia di Denpasar Jumat. Dalam menyambut Hari Pers Nasional 2008 dan bertepatan dengan HUT PWI ke-62, Windia yang juga wartawan senior menilai, peristiwa unjukrasa yang anarkis itu secara mudah diekspresikan sehingga berdampak kurang baik terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Demikian pula pemberitaan tentang kekerasan, sadisme dan informasi-informasi lainnya yang kurang baik bagi masyarakat. Padahal Pers yang profesional harus mempunyai tiga elemen, yakni integritas intelektual, etik, moral dan religius. Semua itu harus diterapkan dalam kehidupan Pers Indonesia di saat menikmati kebebasan tanpa ada kontrol dari pemerintah. Windia yang juga aktif dalam kepengurusan PWI Bali menambahkan, insan Pers harus memiliki integritas intelektual, yakni mampu mengikuti perkembangan iptek. Selain itu pers juga harus mempertimbangkan secara matang berita yang boleh dan tidak boleh disiarkan, dengan mempertimbangkan kepentingan nasional sehingga tidak mengorbankan masyarakat. Hal lain yang tidak kalah penting insan Pers harus religius, yakni rendah hati dan tidak sombong dengan menyajikan berita-berita yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, ujar Wayan Windia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008