Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan pemerintah perlu melakukan diversifikasi di sektor non alam seperti otomotif dan teknologi guna mengatasi defisit transaksi neraca perdagangan nasional.

"Beberapa negara seperti Thailand, Filipina, Malaysia dan Vietnam sudah mulai melakukan diversifikasi non alam," kata dia, saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, langkah diversifikasi non alam tersebut akan memiliki nilai tambah lebih jika dibandingkan komoditas alam seperti crude palm oil (CPO) yang selama ini dilakukan oleh pemerintah.

Dari segi otomotif pergerakan harga internasionalnya tidak begitu berubah jika dibandingkan komoditas alam termasuk produk-produk teknologi.

Secara umum ia mengkhawatirkan defisit neraca perdagangan saat ini karena kinerja ekspor tidak sebagus dua tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang membuat beberapa negara terdampak.

Perang dagang tersebut mengubah atau membawa dampak peta perdagangan dunia salah satunya Indonesia. Sebagai contoh komoditas ekspor terbesar Tanah Air yaitu CPO.

"Setelah adanya perang dagang ini banyak restriksinya dari beberapa negara," ujar dia.

Apalagi, ujar dia, Indonesia dinilai belum siap menghadapi perang dagang sehingga berimbas pada defisit transaksi neraca perdagangan nasional.

"Akibatnya India, Amerika Serikat dan Uni Eropa menutup untuk CPO kita otomatis ekspor anjlok karena hanya mengandalkan itu saja," ujarnya.

Oleh sebab itu, ia menyarankan ke depan pemerintah perlu lebih berani melakukan diversifikasi ekspor kepada non alam seperti otomotif dan teknologi yang bisa mengatasi defisit transaksi neraca perdagangan nasional.

Baca juga: Darmin sebut tantangan ekonomi adalah defisit neraca perdagangan

Baca juga: Agresifitas FTA dinilai bukan solusi memperbaiki neraca perdagangan

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019