perlu diedukasi betapa pentingnya kelestarian lahan gambut bagi kehidupan manusia
Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) menemukan beberapa lahan gambut yang mengalami hidrofobisitas, yakni menolak air akibat degradasi tingkat tinggi.

"Ada suatu kondisi namanya 'hidrophobicity'. Enggak mau dengan air. Padahal, lahan gambut kan enggak boleh kering," kata Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG Haris Gunawan di Jakarta, Selasa.

Kondisi hidrofobisitas itu, kata dia, ditemukan dari hasil sampel di Kalimantan Barat, meski di daerah-daerah lainnya pasti ada dengan skala yang bervariasi.

Dibentuk pada 2016, BRG diberi tugas mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi gambut pada Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalbar, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Papua.

Lembaga tersebut diberikan tanggung jawab terhadap restorasi lahan gambut dengan total luas sekitar 2,67 juta hektare yang tersebar di tujuh provinsi tersebut.

"Dari hasil 'sampling' kami, lokasinya di Kalbar. Seberapa luasnya, masih dikaji. Sebenarnya, di Riau, Jambi, Sulsel pun juga ada," katanya.

Untuk lahan gambut yang sudah mengalami hidrofobisitas, kata dia, tidak ada upaya lain selain diusahakan tetap digenangi air meskipun kondisi permukaan tetaplah kering.

Menurut dia, degradasi tingkat tinggi yang dialami lahan gambut tersebut bisa terjadi karena faktor alam, yakni musim panas yang berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan.

Namun, kata dia, bisa juga disebabkan ulah manusia yang sengaja membuat lahan gambut mengering dalam waktu sangat lama sehingga mengalami degradasi tingkat tinggi atau rusak.

Selain rusak, kata dia, lahan gambut yang mengalami hidrofobisitas tersebut juga rawan mengalami kebakaran karena bersifat sangat kering.

Haris mengingatkan pentingnya lahan gambut sebagai salah satu tempat persediaan atau penampung air yang sangat dibutuhkan bagi manusia karena 80 persen lahan gambut adalah air.

"Ini 'fresh water', air tawar. Artinya kan jadi penyangga kehidupan. Makanya, perlu diedukasi betapa pentingnya kelestarian lahan gambut bagi kehidupan manusia," katanya.

Baca juga: BRG ingatkan empat provinsi rawan kebakaran lahan gambut
Baca juga: Badan Restorasi Gambut sampaikan tiga provinsi paling rawan karhutla
Baca juga: BRG: Sekat kanal berbasis karet alam efektif jaga gambut tetap basah

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019