Bandung (ANTARA News) - Pesawat CN-235-220 versi MPA (Maritime Patrol Aircraft) produk andalan PT Dirgantara Indonesia, akan tampil dalam pameran dirgantara "Singapura Air Show 2008" pada 19 hingga 23 Februari. "Pesawat CN-235-220 MPA milik TNI-AU itu telah diterbangkan hari Minggu kemarin dan kini sudah berada di Singapura," kata Kepala Humas PTDI, Rochendi Priyatna di Bandung, Senin. CN-235-220 MPA merupakan konfigurasi militer untuk kepentingan patroli maritim. Rochendi mengatakan, selain Indonesia yang memerlukan persawat sejumlah pesawat versi ini diperhitungkan antara lain Malaysia, Brunei, Korea Selatan dan sejumlah negara di Timur Tengah. "Pesawat CN-235-220 versi MPA sangat mendesak diperlukan karena dapat memenuhi misi yang diemban suatu negara," katanya. Keunggulan pesawat itu, kata dia, dapat memantau berbagai pergerakan kapal-kapal baik yang berbendera nasional maupun kapal asing. Di antara kapal-kapal asing itu, lanjut Rochendi, dapat dimonitor mana kapal yang legal maupun yang tidak legal memasuki kawasan perairan Indonesia. "Dengan pantauan CN-235-220 MPA, maka diharapkan pencurian kekayaan alam Indonesia dapat ditekan seminimal mungkin," katanya. Lebih lanjut, Kepala Humas PTDI itu mengatakan, CN-235-220 MPA ditenagai sepasang mesin CT-771 berdaya 1.870 PK (1.395 kilo watt), dua buah baling-baling berbilah empat tipe Hamilton Sundstrand 14 FR-21 dengan bobot total berikut bahan bakar 15,85 ton sampai 16,55 ton. "Peralatan atau electronic system yang terpasang buatan Thales, juga dilengkapi dengan perangkat lihat malam FLIR-200 HP yang dipandu sianr infra merah," katanya. Dengan peralatan yang terpasang pada CN-235-220 MPA itu, produk andalan PTDI itu dapat beroperasi pada malam hari, mengenali kawan atau lawan serta durasi terbang antara 8-10 jam. "Pesawat itu dapat memantau pergerakan dalam radius 100 nautical mile. Dengan kemampuan yang dimilikinya, pesawat ini akan dperhitungkan untuk dimiliki dan dioperasikan sejumlah negara," katanya. Lebih lanjut, Rochendi Priyatna mengatakan, pameran kedirgantaraan di Singapura itu merupakan salah satu yang terbesar di Asia dimana diikuti oleh produk unggulan dari seluruh dunia. "Dalam ajang ini tak menutup kemungkinan terjadi kontrak-kontrak penjualan," katanya. Meski bisnis industri dirgantara sangat kompetitif, namun negara-negara di dunia memerlukan transportasi udara baik untuk kepentingan penerbangan sipil maupun alat utama persenjataan. "Peluang itu cukup terbuka, termasuk bagi PTDI," kata Rochendi Priyatna menambahkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008