Ulakan, Pariaman (ANTARA News) - Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil "Gus Dur" menyebutkan Indonesia akan menerima penghasilan sebesar 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun, jika kesepakatan Protokol Kyoto diberlakukan. "Berdasarkan Protokol Kyoto, tiap satu meter persegi setiap wilayah 'jantung dunia' (hutan, red) dihargai empat dolar AS per tahun. Indonesia punya 'jantung dunia' lebih dari 100 miliar meter persegi. Artinya mempunyai penghasilan tidak kurang dari 100 miliar dolar AS," kata Gus Dur di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Rabu malam. Gus Dur mengemukakan hal itu dalam acara silaturahmi dengan puluhan tokoh ulama Muslim pengikut ajaran Tarekat Syatari`ah di sebuah surau (tempat ibadah) dalam komplek makam ulama kharismatik Minangkabau, Syech Burhanuddin. "Jadi sekarang ini menurut Protokol Kyoto, sebenarnya Indonesia kaya raya, karena setiap meter persegi dari kekayaannya (hutan, red) merupakan jantung dunia," kata Gus Dur. Tapi bagaimana mau kaya, sekarang ini kalau Indonesia menjual barang harganya murah sekali, namun bila mau membeli mahal sekali, tambah tokoh besar Nahdatul Ulama (NU) itu. "Bagaimana bisa membeli, yah akhirnya kita terima kredit dari Bank Dunia, IMF dan sebagainya. Karena itu hutang Indonesia menjadi 1,3 triliun dolar, bayangkan itu," kata Gus Dur. Hal ini terjadi, menurut Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, akibat kita (Indonesia, red) mengikuti politiknya orang lain, padahal seharusnya kita kaya raya. Karena itu, tegasnya, PKB berjuang untuk kepentingan ini (Protokol Kyoto). "Kita (PKB, red) akan mencoba melakukan upaya agar Protokol Kyoto diberlakukan di Indonesia," kata Gus Dur. Selain itu, PKB berusaha mengatasi kehancuran sumber-sumber alam Indonesia, tambahnya. Protokol Kyoto ditetapkan pada 12 Desember 1997 di Kyoto, Jepang, sebagai sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) untuk persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan limbah gas rumah kaca lainnya. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02?C dan 0,28?C pada tahun 2050. (*)

Copyright © ANTARA 2008