Jakarta (ANTARA) - Pengamat industri Ahmad Heri Firdaus dari Institute for Development of Economis and Finance (IDEF) menyarankan agar struktur industri bahan baku komestik dalam negeri diperkuat dalam rangka menahan laju impor kosmetik asing.

"Ketersediaan industri kosmetik khususnya industri dasarnya atau industri bahan baku pembuat kosmetik di dalam negeri itu relatif masih belum kuat strukturnya," ujar Heri kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Pengamat INDEF tersebut menjelaskan bahwa saat ini yang terpenting adalah bagaimana membangun industri-industri dasar agar bisa mendukung industri kosmetik.

Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan produk kosmetik cukup terpenuhi di dalam negeri. Hanya saja industri bahan bakunya yang memang harus lebih digenjot lagi untuk bisa mendukung produk-produk kosmetik dengan beragam jenis, varian dan harga.

Heri menilai tingginya impor kosmetik asing di Indonesia dikarenakan oleh meningkatnya permintaan yang terus terjadi dari kelas menengah yang pertumbuhannya cukup tinggi dan perubahan perilaku konsumen dalam negeri dari kebutuhan bersifat sekunder ke tersier, seperti kosmetik.

Selain itu produk kosmetik asing juga bisa masuk ke semua segmen lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat menengah bawah hingga kalangan atas dengan jenis dan varian produk yang cukup beragam harganya.

"Dengan adanya permintaan kosmetik dari masyarakat, sebetulnya ini menunjukkan peluang untuk memperkuat industri kosmetik dalam negeri," kata pengamat INDEF tersebut.

Sebelumnya pemerintah menyebutkan bahwa impor produk kosmetik masih terbilang tinggi, di mana hal ini menjadi salah satu tantangan yang perlu dicarikan solusinya.

Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, data impor kosmetik pada tahun 2018 sebesar 850,15 juta dolar AS meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar 631,66 juta dolar AS.

Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri dengan menerbitkan kebijakan strategis yang dapat memperkuat struktur industri nasional.

Baca juga: Ini tantangan, Menperin sebut impor kosmetik masih tinggi

Baca juga: Industri farmasi, kosmetik dan jamu didorong manfaatkan bahan baku alam

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019