Yogyakarta (ANTARA News) - Daging babi hutan (celeng) yang dipasok dari Lahat, Sumatera Selatan, disinyalir beredar dan dijual di pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta. Peredaran daging babi hutan di daerah itu diketahui dari investigasi anggota DPRD setempat di pasar-pasar tradisional. "Peredaran daging babi hutan tersebut cukup tinggi rata-rata mencapai satu ton dalam sehari," kata anggota Komisi II DPRD Kota Yogyakarta, Achmad Nur Umam, Senin. Masuknya daging babi hutan asal Lahat ke Yogyakarta, diduga melalui daerah Kartosuro, Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia mengatakan, dalam investigasi yang dilakukan di pasar Beringharjo, pihaknya memergoki pemasok daging babi hutan bekerja pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. "Kami sudah membeli daging babi hutan tersebut untuk dijadikan barang bukti," katanya. Menurut Nur Umam, rata-rata para pedagang di pasar Beringharjo dalam sehari dapat menjual 60 kg dengan harga Rp35.000 per kg. Beredarnya daging babi hutan ini bisa meresahkan masyarakat karena tidak tertutup kemungkinan ada pedagang daging "nakal" yang mencampurnya dengan daging sapi. "Apalagi harga daging sapi saat ini cukup mahal sehingga dikhawatirkan ada pedagang nakal yang mencampur daging babi hutan dan daging sapi," katanya. Sementara itu Kepala Kantor Pertanian dan Kehewanan Kota Yaogyakarta, drh Machfud Aswan mengatakan sejak beberapa tahun lalu pasar tradisional di Yogyakarta menjadi sasaran peredaran daging babi hutan hasil perburuan di Lahat. "Memang setiap kali musim perburuan babi hutan di Lahat, dagingnya bisa beredar hingga Kota Yogyakarta," katanya. Dalam kondisi mentah daging babi hutan dan sapi memang sulit dibedakan dan bisa diketahui setelah direbus karena aromanya berbeda. "Jika masyarakat merasa ragu terhadap daging yang dibeli dapat ditanyakan ke Kantor Pertanian dan Kehewanan," katanya. Ia mengatakan pihaknya selalu merazia setiap kali ada informasi perburuan babi hutan di daerah Lahat karena biasanya dagingnya masuk ke Yogyakarta. "Jika ditemukan daging tersebut pasti disita dan dimusnahkan dengan cara dibakar. Namun biasanya para penjual sering kucing-kucingan dengan petugas," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008