Beijing (ANTARA News) - China telah membatalkan izin bagi orang asing untuk pergi ke Wilayah Otonomi Tibet, kata seorang pejabat, Senin, sementara sebuah kelompok Tibet di pengasingan melaporkan "penangkapan massal" sebelum tenggat waktu bagi pemrotes untuk menyerahkan diri kepada polisi di ibukota wilayah tersebut. Para pejabat berhenti mengeluarkan izin bepergian, yang tak diharuskan bagi penduduk wilayah lain China, akibat keprihatinan keselamatan, kata Qiangba Puncog, pemimpin pemerintah regional, kepada wartawan di Beijing. "Kami juga menyarankan wisatawan asing yang sekarang berada di Tibet untuk pergi dalam beberapa hari mendatang," kata Ju Jianhua, pemimpin kantor urusan luar negeri di wilayah itu, sebagaimana dikutip DPA dari media resmi. Surat kabar Jerman, Frankfurter Rundschau, melaporkan staf dari organisasi internasional non-pemerintah diperintahkan untuk meninggalkan Lhasa paling lambat Senin, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa tentara mungkin akan memperkeras penindasan mereka atas pemrotes segera setelah tenggat bagi pemrotes untuk menyerahkan diri lewat Senin tengah malam. "Tibetan Centre for Human Rights and Democracy", yang berpusat di India, Senin, menyatakan polisi paramiliter sudah menangkap ratusan orang Tibet pada akhir pekan di Lhasa. Polisi dilaporkan memenjarakan semua mantan tahanan politik dan melakukan penggeledahan dari rumah-ke-rumah, dengan pusat perhatian pria muda Tibet. banyak warga Tibet melaporkan pria muda dari keluarga mereka "dipukuli dan diseret" oleh pasukan keamanan, kata lembaga yang berpusat di India itu. Qiangba Puncog mengatakan 13 orang telah tewas sejak kerusuhan meletus di Lhasa, Jumat. Ia membantah laporan oleh pemerintah Tibet di pengasingan, yang menyatakan kelompok tersebut telah memperoleh konfirmasi sedikitnya 80 orang tewas di kota itu. Pejabat Tibet tersebut mengatakan 61 personil keamanan cedera, enam di antara mereka kritis, dan membantah bahwa polisi telah melepaskan tembakan ke arah pemrotes. "Personil keamanan memperlihatkan penahanan diri selama proses penangahan peristiwa itu," ia mengatakan mengenai kerusuhan tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2008