Jakarta (ANTARA) - Pakar tata kota Universitas Trisakti Jakarta Nirwono Joga mengingatkan jangan ada lagi penebangan pohon-pohon untuk penataan trotoar di Jakarta.

"Ya, sistem membangunnya bagaimana? Penebangan pohon tidak boleh lagi. Harusnya malah banyak ditanami lagi," katanya, saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.

Ia mencontohkan penataan trotoar di kawasan Sudirman-Thamrin dan Kuningan Jakarta yang membuat ratusan pohon harus ditebang, dan jangan terulang lagi.

Nirwono mengatakan Jakarta sangat membutuhkan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai paru-paru kota yang bisa diupayakan dengan penanaman pohon-pohon di jalan.

Menurut dia, penataan kota tidak hanya melibatkan kepentingan manusia, melainkan harus memikirkan pula kepentingan habitat satwa liar yang hidup di alam.

Selama ini, diakui dia, pemerintah hanya memikirkan kepentingan manusia dalam menata kota, padahal masih banyak makhluk hidup dan satwa yang hidup di RTH.

"Selama ini, dinas, Bappeda, membangun RTH kan konteksnya lebih fokus ke hubungan manusia, buat olahraga, buat rekreasi. Tak pernah berpikir RTH untuk perlindungan satwa liar," ujar Nirwono.

Akibatnya, kata dia, konsep RTH pun terkesan seadanya, contoh sederhana dalam pemilihan pohon yang ditanam sering kali tidak mempertimbangkan ekosistem satwa liar.

"Stoknya (pohon) cuma itu, ya, ditanam begitu saja. Harusnya kan diseleksi, pohon apa yang menghasilkan biji, bunga, atau buah, yang disukai burung," katanya

Ia juga mencatat luasan RTH di Jakarta dari tahun ke tahun juga semakin menyempit, sementara Ibu Kota dihadapkan pada berbagai persoalan yang menyebabkan polusi udara.

Pada tahun 1965 luasan RTH di Jakarta mencapai 37,2 persen, lalu menyusut menjadi 25,85 persen pada 1985. Jumlahnya semakin berkurang drastis, tinggal sembilan persen pada tahun 2000.

"Tahun ini, luasan RTH di Jakarta tercatat 9,98 persen. Bayangkan, selama hampir 20 tahun nambahnya enggak sampai satu persen," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019