Beijing (ANTARA News) - Polisi China di daerah otonomi Tibet telah menahan sembilan biksu Tibet yang diduga meledakkan sebuah bom di sebuah kantor pemerintahan setempat, menurut media resmi negara, Sabtu. Para biksu dari biara Tongxia di kota Gyanbe Tibet menyiapkan sebuah bom rakitan tangan guna ditanam di dalam gedung pemerintahan di pagi hari pada 23 Maret, mereka memindahkan bom itu dengan menggunakan kendaraan roda dua, menurut Kantor Berita Xinhua. Para biksu kemudian meledakkan bom dan kabur dari lokasi, menurut kantor berita itu yang mengutip polisi kawasan. Pemimpinnya adalah seorang biksu senior berusia 27 tahun dari biara Tongxia, katanya. Para biksu mengakui keterlibatan dalam aksi pemboman setelah penangkapan pada 6 April, katanya. Laporan itu tidak memberikan detil kerusakan atau cedera yang disebabkan oleh bom. Polisi China telah menahan ribuan warga Tibet menyusul aksi unjuk rasa kemerdekaan dan kerusuhan di sejumlah wilayah di Tibet sejak 10 Maret. Pada Sabtu, Presiden China Hu Jintao menuduh Dalai Lama, pemimpin Budha Tibet yang mengasingkan diri, sebagai telah "menghasut aksi kekerasan" dalam sejumlah aksi unjuk rasa dan "menyabotase Olimpiade Beijing". Dalam pembicaran dengan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, Hu menolak seruan dialog dengan Dalai Lama atas kerusuhan baru-baru ini. Polisi telah menahan ribuan orang sejak aksi unjuk rasa dimulai dan hukum darurat diberlakukan di sejumlah wilayah. Aksi unjuk rasa yang dimulai pada 10 Maret di Lhasa, ibukota kota daerah otonomi itu, berubah menjadi kerusuhan serius pada 14 Maret. Pemerintah China mengatakan bahwa 19 orang tewas dalam aksi kekerasan di Lhasa namun pemerintah Tibet di pengasingan mengatakan bahwa sekitar 140 orang tewas, kebanyakan dari warga Tibet itu ditembak oleh polisi China, demikian DPA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008