Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan tetap tidak akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) meski harga minyak dunia terus membumbung hingga 115 dolar AS per barel. "Tetapi kita tidak bisa begitu saja menaikkan BBM sekarang ini. Tidak bisa begitu saja baik menaikkan harga minyak tanah, premium, atau solar. Kita cari akal yang lain untuk tidak buru-buru menaikkan," kata Presiden saat jamuan makan dengan sejumlah tokoh dan asosiasi perempuan di Istana Merdeka Jakarta, Jumat. Menurut Presiden, harga minyak dunia yang sudah menyentuh 115 dolar AS per barel membuat subsidi BBM yang dikeluarkan mencapai Rp260 triliun atau sekitar 25 persen dari anggaran belanja pemerintah. Dengan harga setinggi itu, subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk minyak tanah mencapai Rp7.000 per liter atau total sekitar Rp63 - Rp70 triliun untuk sekitar sembilan juta kilo liter konsumsi minyak tanah setahun. "Itu sangat banyak. Belum lagi subsidi premium dan solar serta listrik. Tentu kita tidak diam, kita lakukan berbagai upaya melakukan ini," katanya. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di tempat yang sama mengatakan masih akan melihat pergerakan harga minyak dunia sampai semester I tahun ini. "Mekanisme yang ada, kita akan melihat sampai dengan satu semester. Sampai Juni, laporan tengah semester harus disampaikan ke DPR, tentang bagaimana perjalanan atau realisasi dari APBN itu," katanya. Selain itu, menurut Menkeu pergerakan harga minyak dunia meski sudah mencapai 115 dolar AS per barel, namun secara rata-rata dalam tiga bulan masih di bawah 100 dolar AS per barel, yang merupakan batas di APBNB P 2008 untuk mengkaji kebijakan subsidi BBM. "Situasi tentu saja, seperti sudah disampaikan dalam pidato APBN itu, harga sampai dengan 100 dolar AS per barel, sekarang kan secara total tiga bulan itu masih 96,4 dolar AS per barel rata-ratanya," katanya. Mengenai dampaknya terhadap APBN jika harga minyak dunia terus meningkat, Menkeu mengatakan pemerintah tetap akan mengusahakan agar APBN tetap `suistanable`. "Mungkin APBN-nya tidak ideal, tapi dia `sustainable`. `Sustainable` artinya semua pengeluaran yang akan dibelanjakan itu bisa didanai dengan penerimaan negara yang ada," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008