Ann Arbor, Michigan (ANTARA News) - Pemimpin spiritual, Dalai Lama, dalam pertemuan tingkat tinggi dengan pemerintah Amerika Serikat Senin, meminta Washington membantu memperbaiki situasi di Tibet setelah Beijing melakukan penumpasan terhadap para demonstran anti-China. "Pada saat ini kami inginkan bantuan anda," kata pemimpin spiritual berjubah jingga itu berkata kepada utusan khusus AS khusus Tibet, Paula Dobriansky, pada saat mereka bertemu di Michigan. Ia menambahkan, bahwa masalah Tibet adalah `sangat penting.` Dobrainsky, wakil menteri luar negeri untuk bidang demokrasi dan urusan global, menandaskan kembali imbauan AS untuk dialog antara Beijing dan Dalai Lama. Dia juga mengatakan bahwa pemerintahan Bush `telah menyatakan keprihatinan dan menyerukan pengendalian diri` bagi wilayah di pegunungan Himalaya itu. "Presiden (George W.) Bush tetap mendukung keinginan untuk melakukan dialog dan pertemuan hari ini juga menawarkan kesempatan untuk mendiskusikan masalah Tibet dengan Dalai Lama," katanya kepada para wartawan sebagaimana dikutip AFP. Pertemuan tersebut dikecam oleh China, yang mengisyaratkan bahwa Washington turut-campur dalam masalah internal mereka. Ini adalah pertemuan ke-12 bagi Dobriansky dengan Dalai Lama yang bertujuan untuk mencari jalan bagi pemecahan persoalan Tibet secara damai," kata Departemen Luar Negeri. "Kami ingin mendengar dari dia mengenai gagasan-gagasannya dan apa yang dia yakini bagi langkah-langkah tepat mendatang," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Tom Casey. "Kami pasti melaksanakan hal itu, dan juga melanjutkan diskusi-diskusi dengan pemerintah China mengenai masalah ini." Beijing telah bertahun-tahun melakukan perundingan-perundingan bersikap rendah-hati dengan para utusan Dalai Lama mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan Tibet. Tetapi dialog itu terhenti pada musim panas yang lalu. Aksi-aksi protes langsung terhadap pemerintah China mengguncang wilayah Himalaya itu pada bulan lalu, dan para pemimpin Tibet di pengasingan mengatakan bahwa lebih dari 150 orang telah tewas akibat aksi penumpasan yang dilakukan pemerintah China terhadap mereka. Tetapi, Beijing mengatakan para `perusuh` Tibet yang tewas hanya 18 orang warga sipil, dan dua petugas kepolisian. Aksi penumpasan yang dilakukan China itu memicu kemarahan internasional, dan protes-protes besar dilakukan terhadap pawai Obor Olimpiade Beijing yang dilakukan secara beranting di London, Paris dan San Fransisco. Dalai Lama, yang saat ini tinggal di pengasingan di India sejak dia melarikan diri dari Tibet setelah pemberontakan yang gagal pada 1959, tiba di Seattle 10 April untuk kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak Beijing melakukan aksi penumpasan itu. Dalam satu tajuk pada suratkabar Washington Post Senin, Dobriansky meminta agar China tidak lagi melakukan tindakan-tindakan represif terhadap warga Tibet yang berusaha menjalankan kepercayaan agama mereka, melestarikan identitas kebudayaan mereka, dan membebaskan orang-orang Tibet yang ditahan demi perdamaian sepenuhnya atas pengungkapan pandangan-pandangan mereka. "Meskipun pemerintah China baru-baru ini telah merancang kunjungan resmi ke (ibukota Tibet) Lhasa bagi para wartawan dan diplomat, kami akan terus menyerukan agar akses bagi semua media dan para diplomat asing ke wilayah Tibet tidak dikekang," tulisnya. Dobriansky mengatakan langkah terbaik bagi para pemimpin China dalam mengatasi masalah Tibet adalah mengadakan dialog dengan Dalai Lama, yang menuntut otonomi bagi Tibet di dalam negara China dan menolak kemerdekaan bagi wilayah tersebut. "Dalai Lama adalah satu-satunya orang yang berpengaruh dan dipercaya untuk membujuk warga Tibet agar tidak melakukan aksi kekerasan dan menerma status otonomi dengan China, yang juga berarti melestarikan kebudayaan dan identitas warga Tibet," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008