Kuala Lumpur (ANTARA News) - Produk industri kerajinan tangan Indonesia (Inacraft) tampil untuk pertama kalinya di KLCC (Kuala Lumpur Convention Center) dalam pameran yang digelar 13 hingga 15 November 2009.

Dubes RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar membuka Inacarfat itu di KLCC, Kuala Lumpur, Jum`at pagi. Dalam pembukaan itu hadir ketua asosiasi eksportir dan produsen handicraft Indonesia Rudi Lengkong, ketua pembangunan kraft tangan Malaysia Zakiah Ahmad dan persatuan perdagangan dan pengusaha Melayu Malaysia Mohamad Izat Emir.

Pameran industri kerajinan tangan yang berlangsung selama tiga hari itu diikuti oleh 65 peserta pameran berupa kerajinan batik, baju, garmen dan sulaman dan aksesories. Selain itu juga akan menampilkan berbagai tarian daerah dan fashion show.

Ketika pembukaan, para undangan disajikan tarian "Pendet" sebagai tarian pembukaan dan fashion show songket oleh perancang songket terkenal Zaenal Songket asal Palembang, dan tarian Jawa.

Dalam sambutannya, Da`i menyambut baik pameran Inacraft yang pertama kalinya di Kuala Lumpur, Malaysia itu. "Apalagi di tempat bergengsi di KLCC dimana banyak turis datang ke sini ditambah Malaysia merupakan pasar potensial untuk hasil kerajinan tangan Indonesia karena banyak sekali warga Indonesia di Malaysia," katanya.

"Ada sekitar 5.000 ekspatriat, ada sekitar 14.000 mahasiwa Indonesia serta 1,2 juta tenaga kerja Indonesia di berbagai sektor. Jadi pemilihan Kuala Lumpur sebagai pameran Inacraft adalah sangat tepat," katanya.

Sementara itu, Rudi Lengkong mengatakan, pameran Inacraft Indonesia sendiri sudah tiap tahun diadakan di Jakarta. "Sudah 12 kali pameran Inacraft di Jakarta dan pameran ini merupakan yang pertama di Malaysia karena pasarnya punya kemiripan dengan Indonesia, di mana sebagian besar adalah keturunan melayu," katanya.

Rudi Lengkong yang juga mantan kepala BPEN (badan pengembangan ekspor nasional) mengatakan, perlunya menolong industri kerajinan tangan Indonesia karena begitu banyak tenaga kerja yang terserap di sektor ini.

"Industri banyak menyerap tenaga kerja, tidak menggunakan teknologi canggih, dan tidak perlu modal besar, tinggal bagaimana menjaga dan meningkatkan terus kualitas dan perluasan pasarnya," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009