Gorontalo (ANTARA News) - Serangan polisi ke Universitas Negeri Gorontalo, yang disertai pemukulan puluhan mahasiswa, Selasa (29/12), dinilai sebagai insiden kemanusiaan terburuk di Indonesia sepanjang tahun 2009.

"Ini adalah catatan akhir tahun yang tidak boleh terlupakan, apapun alasannya, menyerang kampus, apalagi sampai memukuli mahasiswa di dalamnya, merupakan pelanggaran berat, karena kampus adalah zona ilmiah yang menjamin kebebasan berpendapat," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Gorontalo, Elnino M.Hussein Mohi, Rabu.

Pengamat masalah pendidikan dan sosial serta kolumnis itu menilai, penyerangan yang banyak memakan korban orang tak bersalah itu melukai citra polisi sebagai sosok yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat.

"Insiden ini harus terus dikawal oleh media, dan juga seluruh elemen masyarakat," ujar Elnino, yang akan berada di Gorontalo hingga pertengahan Januari 2010, dalam rangka masa reses.

Dia sangat menyayangkan tindakan polisi menyerang dan merusak kampus. "Kalau pengayom masyarakat berubah menjadi peneror masyarakat, maka rakyat kecil harus mengadu kemana lagi," ujarnya.

Dia telah melaporkan insiden ini keada Komisi Polisi Nasional, agar para pelaku yang terlibat dikenai sanksi tegas.

Perusakan fasilitas kampus oleh polisi terjadi manakala polisi membalas mahasiswa dengan menyerang kampusnya Selasa petang kemarin.
Tidak hanya kaca gedung perkuliahan, polisi juga merusak puluhan motor yang terparkir di areal kampus itu, serta memukul setiap mahasiswa yang mereka temukan.

Tawuran dipicu oleh pembubaran polisi terhadap demonstrasi mahasiswa yang menentang kedatangan Wakil Presiden Boediono di Gorontalo. Mahasiswa membalas pembubaran paksa itu dengan lemparan batu ke arah polisi.

Tawuran yang berlangsung sejak pukul 12.30 hingga pukul 18.00 itu, menimbulkan puluhan korban terluka pada kedua belah kubu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009