"Kami tak memiliki kaitan apa pun dengan itu, baik dekat maupun jauh."
Rabat (ANTARA News/Reuters) - Al-Qaida di Negara Islam Maghrib (AQIM), Sabtu (7/5), membantah kelompok itu terlibat dalam serangan bom di satu kafetaria di Marrakesh pekan lalu sehingga menewaskan 17 orang, termasuk delapan warganegara Prancis.

Polisi di Marokko menangkap tiga orang pada Kamis sehubungan dengan serangan pada 28 April dan mengatakan tersangka utamanya "setia" kepada Al-Qaida. Seorang perempuan Swiss tewas akibat luka-lukanya pada Jumat (6/5), kata pemerintah Swiss, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan dalam serangan tersebut jadi 17 jiwa.

AQIM menyatakan, kelompok itu tidak berada di belakang pembunuhan tersebut tapi mendesak umat Muslim Marokko "agar membebaskan saudara mereka yang dipenjarakan dan tertekan serta menggulingkan rejim kriminal", dalam rujukan yang diduga ditujukan kepada Raja Mohammed dan pemerintahnya.

"Kami membantah keterlibatan dalam pemboman itu dan memastikan kami tak memiliki kaitan apa pun dengan itu, baik dekat maupun jauh," demikian isi pernyataan yang disiarkan oleh Nouakchott Info Agency di Mauritania.

Selain itum "Kendati menyerang orang Yahudi dan Cursader serta mengincar kepentingan mereka termasuk di antara prioritas kami, dan kami mendesak umat Muslim untuk melakukannya dan kami juga berusaha melaksanakannya, kami memilih tempat dan waktu yang tepat."

AQIM adalah organisasi perang suci pan-Maghribi yang telah bertanggung jawab atas sejumlah serangan, terutama di Aljazair. Kelompok itu telah mengirim petempur ke Irak dan berikrar akan menyerang sasaran Barat, demikian keterangan di jejaring U.S. Council on Foreign Relations.

Kelompok tersebut, yang sebelumnya menyebut dirinya Kelompok Salafi untuk Doa dan Perang, menyatakan kelompok itu organisasi lokal bagi Al-Qaida.

Pemerintah Marokko menyatakan tersangka utama serangan tersebut menyamar sebagai orang hippis yang membawa gitar ketika ia memasang dua bom di kafetaria yang terkenal di kalangan wisawatan.

Kedua bom itu dibuat selama enam bulan dan diledakkan dengan pengendali jarak jauh dengan menggunakan telefon genggam, kata pemerintah.
(Uu.C003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011