... binatang langka ini terus bertambah ke depan, sehingga penyebaran binatang ini lebih merata di hutan konservasi dui Bengkulu...
Bengkulu (ANTARA News) - Populasi harimau Sumatra di Bengkulu, saat ini diperkirakan mencapai sekitar 40, dan mendiami hutan konservasi yang ada di daerah itu. Ini jelas kabar cukup baik bagi pelestarian si raja hutan itu.

"Dari perkiraan jumlah populasi harimau Sumatra di Bengkulu saat ini sekitar 40. Raja hutan ini tersebar di sejumlah kabupaten di Bengkulu," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu, Amon Zamora, Selasa.

Namun, dia tidak merinci secara pasti jumlah harimau sumatra  (Panthera tigris sumatrae) yang ada di setiap kabupaten di daerah itu kecuali bahwa hewan dilindungi itu berhabitat di kawasan hutan konservasi.

"Kami berharap jumlah binatang langka ini terus bertambah ke depan, sehingga penyebaran binatang ini lebih merata di hutan konservasi di Bengkulu," ujarnya.

Terkait warga Seluma diterkam harimau hingga meninggal dunia, Anom mengatakan, pihaknya sudah mengimbau masyarakat di daerah itu untuk mewaspadai ancaman binatang buas tersebut.

Sebab, dari pengalaman selama ini, jika harimau sempat membunuh manusia, maka kasus yang sama akan diulanginya lagi. Karena itu, masyarakat yang tinggal di sekitar tempat lokasi kejadian agar waspada.

"Kami berharap untuk sementara warga di sekitar kejadian tidak pergi ke ladang atau kebun dalam beberapa bulan ini. Permintaan ini disampaikan agar jangan sampai ada korban lagi yang diterkam binatang buas tersebut," ujarnya.

Amon mengatakan, lokasi tempat warga diterkam harimau cukup jauh dari permukiman penduduk, karena lokasi berada di hutan konservasi Semidang Bukit Kabu. Meski demikian, warga di sekitar itu tetap dimnita mewaspadai ancaman binatang buas tersebut.

Ia mengatakan, awalnya harimau yang menerkam akan dievakuasi BKSDA Bengkulu, tapi setelah lokasi jauh cukup jauh dari permukiman penduduk, maka rencana ini akan ditunda. Alasanya, karena petugas BKSDA kesulitan membawa kerangkeng besi ke lokasi kejadian.

"Untuk mencapai lokasi kejadian kita harus berjalan kaki selama delapan jam dari desa terdekat. Kondisi ini sangat tidak memungkinkan untuk mengevakuasi binatang buas tersebut. Karena itu, rencana tersebut kami tunda sampai batas waktu yang belum jelas," ujarnya. (ANT)

(T.pso-212/B/F002/F002) 13-09-2011 14:29:24

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011