Batam (ANTARA News) - Limbah minyak dari kapal-kapal yang berlalu lalang di Selat Philips kawasan perbatasan Indonesia-Singapura kembali cemari ekosistem perairan Pulau Putri dan pantai utara Batam, Kepulauan Riau.

"Limbah minyak banyak dibuang kapal-kapal yang melintas di sekitar Pulau Putri, saat angin utara mencemari pulau terluar ini. Akibatnya ekosistem seperti terumbu karang dan pohon bakau sebagai penahan ombak rusak dan luas pulau berkurang," kata Rusli, warga Nongsa, desa di pantai utara Batam, Selasa.

Ia mengatakan, limbah minyak mencemari air dan bebatuan yang berada di pantai salah satu pulau terluar NKRI menjadi hitam akibat minyak yang menempel.

Limbah minyak juga mengakibatkan tunas-tunas bakau yang jatuh dari pohon induk mati akibat minyak yang bersifat panas dan saat terkena matahari menempel sehingga tidak ada pohon bakau baru yang mampu menahan ombak.

"Saat tunas-tunas itu jatuh langsung mati karena terkena minyak, Akibatnya karang juga rusak setelah tidak ada penahan ombak," kata dia.

Limbah B3 yang mengotori pantai pulau berpanorama indah itu tidak hanya berupa minyak mentah yang terlihat tergenang di pantai pasir putih tetapi juga lengket di sampah-sampah domestik yang berserak di kawasan pantai serta ada juga yang telah mengering.

Rini, warga Batam yang berlibur di Pulau Puteri juga mengeluhkan pencemaran yang terjadi.

"Airnya jadi berminyak. Jadi kami nggak bisa main air lagi," kata dia.

Ia mesayangkan pencemaran yang terjadi setiap tahun pada pulau berpasir putih tersebut.

Akhir Oktober 2013, pemerintah Kota Batam, menggandeng Badan Koordinasi Keamanan Laut untuk mengantisipasi pencemaran limbah di pantai utara Pulau Batam yang kerap terjadi setiap musim angin utara.

Kerja sama keduanya tertuang dalam nota kesepahaman tentang pemanfaatan dan pemeliharaan Maritime Rescue Coordinating Centre (MRCC) yang ditandatangani di Batam.

"Kami memiliki fasilitas MRCC, dan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Fokusnya ingin membantu penanganan lingkungan," kata Kepala Pusat Informasi, Hukum dan Kerja Sama Bakorkamla Laksma TNI Eko Susilo Hadi.

Bakorkamla memiliki MRCC di Teluk Mata Ikan yang bisa digunakan untuk memantau aktivitas kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka. Dari alat itu, diharapkan bisa mengetahui kapal yang membuang limbah di laut untuk kemudian diinformasikan kepada Pemkot Batam. "Laut harus bebas dari pencemaran," kata dia.

MRCC, kata dia, bisa membantu Pemkot mendeteksi dini kapal-kapal yang diduga membuang limbah di tengah laut. "Kami hanya membantu informasi, aksinya oleh Pemkot Batam," kata dia.

Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan, mengatakan, selain sekitar Nongsa, pencemaran juga sering terjadi di Batu Besar dan Tiban Utara.

Pewarta: Larno
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013