Jakarta (ANTARA News) - Dari dalam kabin pesawat terbang Airbus A-320 Citilink bernomor registrasi PK-GLW, suara lembut pramugari menyapa pemakai jasa mereka, menyampaikan bahwa pesawat terbang telah tiba dan mendarat di landas pacu Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat. 

Penerbangan Citilink dari Yogyakarta ke Jakarta kali ini menjadi penerbangan perdana yang mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, setelah bandar udara senior itu dinyatakan aktif (kembali) menjadi bandar udara operasional bagi penerbangan komersial berjadual. 

Citilink menjadi maskapai penerbangan pertama yang mendaratkan pesawat terbangnya pada pukul 08.15 WIB, Jumat itu. "Ada sedikit persoalan tentang rencana penerbangan dari Adi Sucipto, namun selesai juga," kata seorang petugas darat di Halim Perdanakusuma. 

Di dalam ruang tunggu utama, telah hadir sejumlah petinggi negara, di antaranya Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, yang ditemani Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, CEO Citilink, Arif Wibowo, dan Komisaris Independen Citilink, Marsekal Madya TNI (Purnawirawan) Daryatmo. 

Begitu mendarat, barisan pramugari berseragam terusan rok hijau berdiri di bawah tangga pesawat terbang, dan kalungan bunga satu demi satu diberikan kepada para pemakai jasa penerbangan Citilink itu. 

Urusan bagasi lancar-lancar saja, begitu juga saat mereka mencari angkutan keluar lingkungan Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Sang burung besi juga langsung parkir di apron, dipersiapkan untuk penerbangan lagi ke Malang. 

Ya, situasi lalu-lintas menuju Bandar Udara Halim Perdanakusuma pagi itu memang lancar. "Tapi siap-siap sangat macet nanti," kata Abraham, seorang pengusaha muda yang tengah bersiap di ruang tunggu dalam penerbangan berikut Citilink ke Semarang, Jumat pagi itu. 

Akses Jalan Halim Perdanakusuma yang lurus dan panjang itu cuma dua jalur pada masing-masing sisi. Ada dua gedung pertemuan besar di jalan itu, yang sering menjadi lokasi perhelatan dan perkawinan; tentu lalu-lalang kendaraan para tamu tidak terhindarkan lagi. 

Bagi Citilink, pembukaan kembali Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi operasional penuh seperti itu cukup menjanjikan. "Kami lebih suka mengembangkan yang sudah ada. Jangan rakus. Dengan kehadiran kami di sini, kami hadir langsung ke tengah masyarakat pemakai jasa," kata Wibowo. 

Maksud dia, "pasar" Citilink tersebar banyak di kawasan timur Jakarta; sebutlah Bogor, Depok, Cilangkap-Cipayung-Setu, hingga Bekasi. "Jumlahnya banyak sekali. Ini yang membuat kami yakin target 1,1 juta pemakai jasa dari bandar udara ini bisa tercapai pada 2014," kata Wibowo. 

Apalagi, Citilink sebagai penerbangan biaya rendah --cuma dua jenis "kasta" operator penerbangan yang diberi ijin operasi oleh pemerintah, penerbangan biaya rendah dan penerbangan layanan penuh-- juga mengembangkan cara bertransaksi yang dekat dengan masyarakat, yaitu di jaringan toko Alfamart. 

Wibowo mengungkap, Citilink memakai cuma 10 slot jadual dari 126 yang tersedia saban hari di Bandar Udara Halim Perdanakusuma itu. "Kami memang sengaja menempatkan jadual penerbangan tunggal di sini. Dengan beroperasi di sini, tingkat utilitas pesawat terbang meningkat menjadi 11,5 jam terbang sehari ketimbang di Cengkareng," katanya. 

Dari sisi pemakai jasa, Iin, yang akan berangkat ke Semarang, berujar sederhana, "Kalau jadual penerbangannya tepat, tidak masalah. Tapi kalau banyak penundaan, penumpang akan menumpuk di ruang tunggu." 

Ruang tunggu, diklaim pengelola sanggup menampung 600 pemakai jasa alias setara untuk maksimal empat penerbangan sekaligus dengan pesawat terbang sekelas Airbus A-320 atau Boeing B-737 NG. Masalah kenyamanan dan ketepatan waktu bagi banyak pemakai jasa penerbangan menjadi hal sangat penting.

Bisa dibayangkan betapa menyebalkan jika sudahlah berdesakan, pesawat terbang yang ditunggu tidak juga tiba sampai berjam-jam. Inilah yang sering terjadi pada industri penerbangan Indonesia saat ini, dan salah satu pemecahan jangka pendeknya adalah membuka kembali Bandar Udara Halim Perdanakusuma. 

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014