Kami menyerukan agar personel kami diperlakukan dengan hormat sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas mereka
Jenewa (ANTARA News) - Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Senin, mengatakan bahwa salah satu timnya hilang dalam konflik yang mengoyak Mali utara, tetapi tidak jelas apakah mereka telah diculik.

"Kami dapat mengonfirmasi bahwa ICRC telah kehilangan kontak dengan salah satu kendarannya, yang membawa lima orang di dalamnya," kata juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Alexis Heeb.

Empat pegawai ICRC dan dokter hewan dari organisasi bantuan lain itu hilang kontak pada Sabtu bersama dengan kendaraan mereka di jalan antara kota Kidal dan Gao, kata Heeb.

Kelima orang itu adalah warga negara Mali.

"Kami tidak tahu alasan hilangnya kendaraan itu. Bisa apa saja," kata Heeb.

"Pada tahap ini kami mengeksplorasi semua kemungkinan. Kami sangat khawatir dan kami menghubungi semua orang untuk mencoba menemukan mereka," tambahnya.

Dia menggarisbawahi bahwa ICRC selalu melakukan kontak rutin dengan pihak berwenang serta berbagai kelompok bersenjata yang beroperasi di Mali.

Untuk alasan keamanan, tim ICRC melakukan kontak rutin setiap beberapa jam dengan markas mereka ketika mereka melakukan misi, dan tim itu telah melakukan hal itu di sebagian dari perjalanan mereka.

"Mereka dalam perjalanan dari Kidal ke markas mereka di Gao. Kami belum tahu alasan hilangnya kontak itu," kata Christoph Luedi, kepala delegasi ICRC Mali, dalam sebuah pernyataan.

"Sangat penting untuk tidak berspekulasi tentang apa yang mungkin terjadi, meskipun tidak ada kemungkinan yang dikesampingkan," tambahnya .

Tapi Luedi mengeluarkan pernyataan yang terkesan permohonan bagi terduga pelaku penculikan.

"Kami menyerukan agar personel kami diperlakukan dengan hormat sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas mereka," katanya.

Operasi Komite Palang merah Internasional di Mali berkisar dari mengunjungi orang yang ditahan selama konflik di negara itu hingga memberikan bantuan kepada ratusan ribu orang-orang yang mengungsi dari rumah mereka akibat pertempuran.

Mali jatuh ke dalam kekacauan ketika kelompok Tuareg dan kelompok-kelompok Islam mengambil alih kawasan utara setelah kudeta militer Maret 2012 di bagian selatan ibu kota Bamako.

Krisis kemanusiaan yang dipicu oleh konflik terjadi bersamaan dengan tahun kekeringan di wilayah Sahel yang telah mengakibatkan 800 ribu warga Mali mengandalkan pada bantuan pangan.

Kelompok oposisi mulai bergerak di Bamako yang menyebabkan intervensi militer oleh mantan penguasa kolonialnya, Prancis, pada bulan Januari 2013.

Pasukan Perancis mendorong gerilyawan Al - Qaeda dari kota utara awal tahun lalu dan telah terus melakukan operasi terhadap kelompok sisa gerilyawan.

Prancis mengurangi kekuatannya dari sekitar 5.000 tentara namun tetap mempertahankan seribu tentara di Mali.

Para penjaga perdamaian PBB mengambil alih keamanan pada Juli tahun lalu dari misi militer pan - Afrika yang telah mendukung pasukan Prancis.

Misi Perserikatan Bangsa Bangsa memainkan peran keamanan kunci dalam pemilihan presiden tahun lalu yang mengangkat mantan perdana menteri Ibrahim Boubacar Keita menjadi pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis negara itu sejak kudeta 2012.

Bulan lalu , lima penjaga perdamaian PBB terluka ketika kendaraan mereka melindas ranjau darat di Kidal .

(G003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014