Kiev (ANTARA News) - Ukraina menuduh Rusia telah mengultimatum pasukannya di Krimea, sedangkan Presiden AS Barack Obama menyebut Moskow ada "di sisi sejarah yang salah" dalam ketegangan terburuk di Eropa sejak Perang Dingin.

Baik Washington maupun Uni Eropa menyatakan akan menghukum Rusia atas ancamannya menggunakan kekuatan melawan negara tetangga bekas eks Uni Soviet itu untuk pertama kali sejak konflik 2008 dengan Georgia.

Namun Armada Laut Hitam Rusia membantah telah mengultimatum pasukan Ukraina, sedangkan parlemen Rusia menyatakan belum perlu melancarkan aksi militer ke Ukraina.

Pasar keuangan dan komoditas dunia terjerembab oleh sentimen Ukraina ini.

Obama menyampaikan kalimat paling kerasnya atas meluasnya krisis di ujung timur Eropa tersebut di mana tiga bulan demonstrasi berpuncak pada pembantaian yang merenggut 100 nyawa dan membuat Presiden pro-Rusian Viktor Yanukovych terguling yang kini bersembunyi di Rusia.

Obama menyatakan Kremlin menempatkan negeri itu "pada sisi sejarah yang salah" dengan memobilisasi pasukan di Semenanjung Krimea, Ukraina, yang menjadi markas besar Armada Laut Hitam Rusia sejak abad 18 dan penduduknya yang mayoritas pro-Moskow melihat pemimpin baru pro Uni Eropa di Kiev sebagai penghinaan.

"Saya kira dunia sebagian besar bersatu untuk menyebut langkah-langkah yang telah diambil Rusia itu sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Ukraina. Sebuah pelanggaran terhadap hukum internasional," kata Obama.

Obama bahkan mengancam bahwa negaranya tengah mempelajari langkah-langkah ekonomi dan diplomatik untuk mengucilkan Rusia.

Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francoise Hollande juga menyebut langkah Rusia di Ukraina sebagai sama sekali tak bisa diterima.

Ketiga pemimpin ini, melalui pembicaraan telepon, setuju akan adanya konsekuensi terhadap pemerintah Rusia jika terus melanggar kedaulatan Ukraina, kata Cameron seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014