Total panjang transmisi 1.120 km dengan 2.800 tower itu dibangun untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera khususnya Sumatera Utara."
Medan (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN dan perusahaan BUMN lainnya berencana membangun jaringan transmisi sepanjang 1.120 km se kawasan pantai timur Sumatera senilai 896 juta dolar AS.

"Total panjang transmisi 1.120 km dengan 2.800 tower itu dibangun untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera khususnya Sumatera Utara," kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan di Medan, Senin malam.

Dia mengatakan itu usai pertemuan tertutup Gubernur dan bupati/walikota se Sumatera.

Transmisi yang menghasilkan 10.000 MW dan akan dibangun dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.

Dia menjelaskan, dewasa ini seluruh Sumatera baru memiliki pasokan listrik 5.000 MW sehingga dengan adanya penambahan bisa menjadi 15.000 MW.

Menteri BUMN menyebutkan, Ibarat jalan tol, proyek itu adalah jalan tol empat jalur.

Hal tersebut dilakukan agar persoalan listrik di Sumut tuntas sehingga tidak sepotong-sepotong.

Dahlan menegaskan, bahwa proyek itu diharapkan tidak dibiayai dengan pinjaman luar negeri, tetapi oleh perusahaan BUMN.

Perusahaan yang akan terlibat dalam pembangunan tranmisi yaitu Adhi Karya, Hutama Karya, Pembangunan Perumahan, Waskita Karya, Wijaya Karya dan PLN.

"Model perusahaannya dengan konsesi Build Own Transfer (dalam paket pengembangan transmisi di bawah 200 km), Transmisi dioperasikan oleh PLN dan financial lease dengan pembayaran tetap dalam periode 10-15-20 tahun," katanya.

Cara itu bisa lebih cepat seperti jalan tol di atas laut di Bali karena pengerjaannya tidak tergantung dari yang lainnya.

Gubernur Sumut H Gatot Pujonugroho menyebutkan, dalam rapat itu dibahas soal persiapan pembebasan lahan untuk proyek transmisi tersebut yang diperkirakan memakan waktu 3,5 tahun.

Pembebasan lahan itu dinilai penting dibahas mengingat beberapa kasus penyelesaian pembangunan pembangkit di Sumut yang terlambat karena masalah lahan.

"Saya meminta pembebasan lahan menjadi hal penting yang harus dibahas dan diantisipasi atau ditangani,"katanya. (*)

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014