Kami juga menyesalkan tindakan panitia Hari Pers Nasional yang digelar Februari 2014 yang memplester bagian atap yang retak-retak."
Bengkulu (ANTARA News) - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi menurunkan tim untuk melakukan studi teknis dan studi konservasi Benda Cagar Budaya Benteng Marlborough yang terdapat di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

"Studi ini untuk mengetahui kondisi struktur bangunan benteng, terutama bagian atap," kata Ketua Tim Studi Teknis dan Studi Konservasi Benteng Marlborough Yanto Manurung, Selasa.

Ia mengatakan studi tersebut melibatkan ahli bangunan kolonial Kriswandhono dan dibantu petugas Balai Pengujian Bangunan dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu.

Studi dilakukan dengan mengambil sampel material bangunan dari atap bagian depan benteng.

Pengambilan sampel dengan pengeboran menggunakan peralatan dari Dinas Pekerjaan Umum itu untuk menghindari intervensi yang lebih besar bila dilakukan secara manual.

"Dari material yang dijadikan sampel akan diketahui karakter dan komponen bangunan sehingga dalam upaya pelestarian tidak menggunakan bahan yang justru merusak," katanya.

Ahli bangunan kolonial Kriswandhono mengatakan secara umum kondisi benteng peninggalan kolonial Inggris itu masih baik.

Namun beberapa bagian kata dia, perlu mendapatkan rehab segera, terutama pada beberapa titik pada bagian atap benteng.

"Dari studi teknis dan studi konservasi ini akan diketahui permasalahan dan penanganannya," katanya.

Ia mengatakan karakter bangunan benteng kolonial Inggris dan Belanda serta negara Eropa lainnya pada umumnya sama, sebab fungsinya sama yakni benteng pertahanan.

Benteng Marlborough dibangun pada 1713 oleh Inggris dan berdasarkan data BPCB Jambi sudah direhab bagian atapnya pada 1984.

"Ada penambahan lapisan atas benteng menggunakan semen dengan kedalaman antara 1 hingga 1,5 centimeter," kata Ketua Pokja Pemeliharaan BPCB Jambi, Sri Mulyati.

Ia mengatakan sampel yang diambil oleh tim akan diteliti di laboratorium di Balai Konservasi Borobudur, Jawa Tengah.

Secara fisik kata Sri, ada keretakan pada beberapa bagian atap benteng dan mulai ditumbuhi jamur.

"Kami juga menyesalkan tindakan panitia Hari Pers Nasional yang digelar Februari 2014 yang memplester bagian atap yang retak-retak," katanya.

Segala perlakuan terhadap bangunan bersejarah itu kata dia perlu studi sebab kondisi dan struktur bangunan tidak sama dengan bangunan masa kini. (*)

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014