Kiev (ANTARA News) - Kerusuhan yang berkepanjangan mendorong Ukraina Timur ke arah krisis kemanusiaan akibat situasi ekologi yang bertambah buruk, kekurangan makanan dan air serta gangguan komunikasi, terutama di Kota Lugansk.

Kota Lugansk, tempat pertempuran antara pasukan pemerintah dan gerilyawan yang mengupayakan kemerdekaan berlangsung di daerah penduduk sipil, adalah tempat yang paling parah dilanda kerusuhan di Ukraina Timur.

Pada Selasa, pemerintah lokal Lugansk mengeluarkan peringatan bahwa kota tersebut berada "di ambang bencana ekologi", sebab layanan kota praja tak mampu memindahkan sampah dari jalan akibat bentrokan yang tak kunjung usai.

Berton-ton sampah yang dihasilkan oleh kota itu, yang memiliki sebanyak 464.000 warga, membusuk di bawah temperatur sangat panas yang mencengkeram Ukraina, sehingga muncul resiko bahwa bahan polutan tersebut dapat tersebar ke udara.

Selain bahaya lingkungan hidup, kota itu menghadapi masalah pasokan listrik dan air, karena saluran pasokan telah rusak akibat tindakan militer, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.

Pasokan listrik di gedung pemerintah dan swasta, pasar swalayan serta instalasi sosial terputus selama 24 jam belakangan, sehingga menyulut masalah komunikasi serius.

"Jika sesuatu terjadi, kami dapat tak bisa menghubungi kerabat, atau dokter, sebab jaringan telepon genggam sangat buruk ... pengisian batere telepon hanya bisa dilakukan di beberapa farmasi, tapi petugas apotek menuntut biaya tambahan untuk itu," kata seorang warga Lugansk, Irina Beskrovnaya, melalui telepon kepada Xinhua.

Meskipun beberapa pasar swalayan besar makanan menggunakan generator listrik, kebanyakan toko kelontong berukuran kecil dan sedang menderita kerugian karena makanan dagangan mereka rusak akibat listrik padam. Kondisi itu menambah parah krisis gizi di kota tersebut.

"Ada makanan di Okey (satu pasar swalayan setempat): orang dapat membeli roti, sosis dan bahkan susu di dalam kemasan persegi pada pagi hari, saat pasar swalayan itu buka. Namun, semua makanan dijual seperti kacang goreng, dan sampai pukul 08.00 waktu setempat, semua raknya sudah kosong," tulis warga Lugansk, Yana Solomentseva, di lamannya di media sosial setempat.

Seorang lagi warga Lugansk, Alla Budnik, menulis di lamannya bahwa situasi di kota tersebut mengingatkan dia mengenai cerita neneknya tentang kehidupan selama Perang Dunia II.

"Benar-benar neraka. Tak ada pasokan air, gas dan listrik. Banyak orang dipaksa mempersiapkan makanan dengan menggunakan api di dekat rumah mereka. Sebagian orang bahkan membuat roti di tempat kebakaran, sebab tak ada makanan di pasar di dekatnya," tulis Budnik.

Pada Juli, Pemerintah Ukraina telah membuat tiga koridor kemanusiaan buat warga sipil dari Lugansk dan beberapa kota kecil tetangganya agar warga bisa meninggalkan wilayah yang terkepung itu.

Juru Bicara Dewan Kota Lugansk Olexanr Savenko mengatakan 214.000 warga Lugansk sudah diungsikan dari kota tersebut.

Namun, sebanyak 250.000 orang di Lugansk masih hidup dalam kondisi tidak aman dan ketakutan.

Mereka berusaha mengatasi kesulitan akibat konflik itu dan mengharapkan pertempuran segera berakhir di tanah air mereka.
(C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014