Ketua KPHI Slamet Effendy Yusuf di Makkah, Sabtu, antara lain menyoroti pengurangan jumlah petugas haji yang menyebabkan pelayanan haji menjadi berkurang.
Slamet mengatakan saat ini kuota haji memang dikurangi 20 persen, namun berharap petugas tidak dikurangi sampai 20 persen karena akan dapat mengurangi pelayanan kepada jamaah.
"Saya kira pengurangan petugas itu kebijakan yang salah," katanya.
Sebagai contoh, akibat berkurangnya tenaga penanganan barang di bandara, petugas menjadi kewalahan dan kurang terlayani dengan baik. Slamet Effendy juga menyoroti petugas transportasi yang kurang padahal harus siaga 24 jam.
Dalam hal penginapan, KPHI menyoroti 17.000 anggota jamaah haji yang ditempatkan jauh dari Masjid Nabawi saat berada di Madinah. Slamet mengatakan, jika pemerintah ingin mengubah pola penyewaan penginapan maka perlu dikaji dengan baik agar harganya tidak mahal.
Selain itu, KPHI juga masih menemui pemadatan penginapan selama di Makkah, artinya anggota jamaah yang ditempatkan agak berjejal. "Kami mengeceknya langsung," katanya.
Khusus mengenai Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), KPHI mencatat kejadian di Madinah yang tidak beroperasi sejak awal jamaah datang karena masalah tasrih atau izin. "BPHI Madinah dibuka terlambat," katanya.
Slamet Effendy menyesalkan izin BPHI yang tidak segera diurus dengan cepat padahal sudah habis.
Petugas kesehatan di pos kesehatan juga sempat kucing-kuncingan saat bertugas karena takut ada petugas Arab Saudi yang sedang mengawasi.
Namun khusus mengenai transportasi, Slamet Effendy cukup mengapresiasi karena kondisi bus cukup memuaskan, antara lain kondisi bus yang bagus.
"Saya juga naik bus shalawat (yang mengantar jamaah dari penginapan menuju Masjidl Haram)," katanya.
Demikian juga saat jamaah gelombang kedua sampai ke Madinah, Slamet Effendy Yusuf melihat sudah cukup bagus penempatannya dan pembagian kuncinya.
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
