Jakarta (ANTARA News) - Pejalan kaki (pedestrian) di Jakarta tergusur oleh kendaraan bermotor yang dianggap lebih efisien, kata ahli tata kota.

"Jalur pedestrian di Jakarta tidak direncanakan dengan baik,  tidak memenuhi standar, karena hanya dirancang memenuhi  standar minimal dari jalan raya," kata Quintarina Uniaty, Sekretaris Jurusan Arsitek Lansekap Universitas Trisakti di Jakarta kepada Antaranews baru-baru ini.

Menurut dia, pejalan kaki tidak diperhitungkan sebagai bagian dari subyek dari perencanaan kota.

Hal tersebut terjadi menurut dia karena perencanaan kota yang tidak dilakukan dengan pendekatan nilai-nilai dan norma.

Ia mencontohkan kota-kota besar negara lain seperi kota Tokyo, Singapura, Hong Kong, memiliki trotoar yang dirancang untuk manusiakan pejalan kaki dengan kemudahan akses ke berbagai pelosok kota.

Trotoar atau jalur pedestrian yang baik adalah yang dapat menampung aktivitas berjalan kaki dengan baik termasuk bagi mereka yang menggunakan kursi roda atau tongkat penyangga pada saat berjalan.

"Aman dan meniadakan rintangan-rintangan berbahaya, pemilihan bahan perkerasan yang baik dan mengusahakan permukaan jalur yang rata, dan adanya kelengkapan fasilitas penerangan, rambu informasi, penghijauan dan lain-lain," ujar Quintarina.
 
Pemerintah, katanya, perlu belajar dari negara-negara di atas untuk mengembangkan area-area pejalan kaki yang baik.

Mengenai kondisi trotoar di Jakarta, dia menyebut kurang mendapat perhatian pada permukiman di daerah sekitar pinggiran Jakarta yang berkembang kemudian.

Bahkan, pada beberapa lokasi jalan dibangun tanpa jalur pedestrian atau trotoar.

Dia mengakui ada penerapan hal tersebut akan sulit dilakukan di kawasan-kawasan yang sudah dibangun termasuk soal keterbatasan lahan.

Hal itu dapat ditempuh dengan kebijakan politis dari pemerintah kota.

Misalnya, melebarkan jalur-jalur pedestrian ke arah persil pribadi atau lahan-lahan milik perorangan.

Mengenai pembangunan trotoar, Quintarina mengatakan pertimbangan utama  adalah keamanan berjalan, kenyamanan serta kemudahan pencapaian dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Untuk kenyamanan, salah satu contohnya adalah perlindungan terhadap cuaca, diperlukan jalur hijau jalan yang memadai dan terpelihara dengan baik."

Kemudahan, berarti jalur pedestrian memiliki sesedikit mungkin hambatan dan menjadi satu kesatuan sistem dengan halte, penerangan, penyeberangan jalan maupun agar mudah berpindah ke moda transportasi lain," ujarnya.
 

Pewarta: Feronike Rumere
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014