... maka suplai jadi banyak. Ini yang dimanfaatkan para pembuat dan penyalur produk berbahaya...
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Roy Sparingga, mengatakan, masyarakat cenderung meminati obat pegal-linu tradisional yang berkhasiat "cespleng" alias instan, padahal mengandung bahan kimia obat (OT-BKO) yang berbahaya.

"Banyak pekerja mengonsumsi OT-BKO berbahaya untuk mencari khasiat instan menghilangkan nyeri," kata Roy di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan jika hal itu terus dilakukan justru akan membahayakan hati dan ginjal dari pengonsumsi OT-BKO. Diakuinya, dalam beberapa kasus masyarakat memang kurang mengetahui hal itu dan justru dimanfaatkan oleh para produsen atau distributor nakal untuk mengeruk untung.

"Karena banyaknya permintaan terhadap OT-BKO itu maka suplai jadi banyak. Ini yang dimanfaatkan para pembuat dan penyalur produk berbahaya," kata dia.

Roy mengatakan obat tradisional sejatinya tidak bekerja secara instan tapi perlahan-lahan. Dia menyayangkan para konsumen justru menyukai untuk kemudian mencarinya tanpa memikirkan efek samping OT-BKO. Beberapa di antara mereka juga kurang mengetahui jika obat yang dikonsumsinya berbahaya bagi kesehatan.

Sebagaimana diberitakan, BPOM merilis daftar berisi 51 OT-BKO yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Sebagian besar OT-BKO itu berupa obat penghilang rasa sakit dan rematik yang mengandung parasetamol dan fenilbutason, serta obat penambah stamina (aprosidisiak) seperti sildenafil.

"Zat-zat itu berbahaya bisa karena zatnya atau dosis yang tidak tepat," kata dia.

Temuan itu didapatkan BPOM kurun November 2013-Agustus 2014. Rinciannya, 42 produk merupakan OT tidak terdaftar atau ilegal sedangkan sisanya sembilan produk memiliki nomor izin edar atau legal yang kemudian dicabut.

Sementara itu, BPOM juga mengeluarkan daftar produk yang harus diwaspadai keamanannya berdasarkan informasi dari negara lain dengan sistem peringatan pasca pemasaran. 

Merujuk informasi dari negara lain itu, BPOM merilis 62 obat tradisional dan suplemen makanan mengandung BKO dan harus diwaspadai peredarannya. 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014