Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) yang merupakan salah satu publikasi rutin semesteran dan memuat hasil asesmen dan penelitian Bank Indonesia mengenai kondisi dan risiko sistem keuangan.

Agus menuturkan, kajian tersebut disusun sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan Makroprudensial sebagaimana diatur pada Undang-undang No. 21 Tahun 2011.

"Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial, mencermati setiap perkembangan yang ada di dalam sistem keuangan dan mengambil kebijakan yang pre-emptive untuk memastikan tetap terpeliharanya stabilitas sistem keuangan," ujar Agus di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, guna mengantisipasi dan memitigasi risiko sistemik serta transmisi dari risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar, BI melakukan asesmen dan surveillance terhadap sistem keuangan secara menyeluruh.

"Selain itu, uji ketahanan perbankan dan sistem keuangan juga dilakukan melalui stress test terhadap risiko-risiko utama yaitu risiko kredit dan risiko pasar," kata Agus.

Bank Indonesia berharap agar Kajian Stabilitas Keuangan menjadi referensi bagi pelaku usaha dan masyarakat untuk memahami kondisi, tantangan risiko dan langkah yang harus diambil dalam memelihara sistem keuangan.

 Selain itu, dari diskusi yang berlangsung diharapkan akan muncul pemikiran-pemikiran strategis untuk memperkuat ketahanan sistem keuangan.

Buku KSK ini terdiri dari 5 bab utama dengan diperkaya beberapa topik khusus. Bab pertama akan mengulas kondisi stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

Selanjutnya pada bab kedua akan menyoroti pasar keuangan Indonesia, khususnya mengenai risiko-risiko di pasar keuangan Indonesia.

Dua bab berikutnya mengangkat mengenai asesmen terhadap rumah tangga, korporasi, perbankan dan IKNB (Industri Keuangan Non Bank). Dan bab terakhir mengulas penguatan infrastruktur sistem keuangan.

Berbeda dengan KSK sebelumnya, pada edisi kali ini BI juga mengkaji siklus keuangan di Indonesia untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi sistem keuangan, baik dalam situasi perekonomian yang kondusif (ekspansi) maupun dalam kondisi perekonomian yang mengalami perlambatan (kontraksi).

"Informasi ini sangat penting karena akan mempertajam efektivitas kebijakan makroprudensial yang umumnya ditujukan untuk meredam pembentukan risiko sistemik yang berlebihan pada masa ekspansi, serta memberikan ruang untuk penyerapan risiko di masa kontraksi," ujar Agus.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014